Samarinda – Volume sampah yang terus meningkat di Kota Samarinda menguak persoalan yang lebih mendasar: rendahnya kedisiplinan masyarakat dalam membuang sampah pada waktu dan tempat yang telah ditentukan.
Anggota Komisi I DPRD Kota Samarinda, Ronald Stephen Lonteng, menyebut bahwa akar persoalan bukan hanya terbatas pada sarana atau armada pengangkut, melainkan juga pola perilaku warga yang kerap abai terhadap aturan. Padahal, sosialisasi mengenai jadwal pembuangan sampah telah dilakukan berkali-kali dan tertuang dalam peraturan daerah.
“Masalah utamanya bukan lagi soal kurangnya kendaraan pengangkut, tapi kedisiplinan warga. Edukasi soal waktu buang sampah sudah lama jalan, tinggal kesadaran kita saja yang perlu ditingkatkan,” ujar Ronald saat ditemui, Rabu (30/7/2025).
Ia menilai langkah cepat pemerintah kota yang rutin melakukan inspeksi ke titik-titik penumpukan merupakan sinyal positif bahwa ada keseriusan dalam memperbaiki sistem pengelolaan sampah.
“Pemkot tidak hanya duduk di balik meja, mereka turun langsung ke lapangan. Ini langkah konkret dan patut diapresiasi,” tambahnya.
Selain pengawasan, Pemkot Samarinda juga memperkuat dukungan teknis. Sebanyak 26 unit motor bak disalurkan ke wilayah padat penduduk guna menunjang operasional pengangkutan sampah.
“Saya hadir langsung saat penyerahan puluhan motor bak itu. Artinya, perbaikan sedang berlangsung, tinggal bagaimana warga turut serta menjaga kebersihan lingkungan,” jelas Ronald.
Namun ia menegaskan, tanpa keterlibatan aktif dari masyarakat, upaya apa pun akan sulit membuahkan hasil. Penumpukan di sejumlah titik justru disebabkan oleh kebiasaan membuang sampah sembarangan atau tidak sesuai jadwal.
Ronald pun menutup dengan penekanan bahwa isu kebersihan bukan semata urusan tampilan kota, tapi juga menyangkut kesehatan dan kualitas hidup warga.
“Kita bicara soal kualitas hidup. Maka menjaga kebersihan adalah tanggung jawab kolektif – pemerintah, DPRD, dan masyarakat harus jalan beriringan,” pungkasnya. (ADV)
Discussion about this post