Sabtu, November 1, 2025
inspirasa.co
No Result
View All Result
  • Login
  • Advetorial
  • Budaya
  • Identitas
  • Terkini
  • Viral
  • Kuliner
  • Lingkungan
  • Musik
  • Politik
  • Sains
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Kontak
  • Advetorial
  • Budaya
  • Identitas
  • Terkini
  • Viral
  • Kuliner
  • Lingkungan
  • Musik
  • Politik
  • Sains
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Kontak
No Result
View All Result
inspirasa.co
Home Info Terkini

KIKA Tolak Suharto Jadi Pahlawan Nasional: Pengkhianatan terhadap Keadilan, Korban HAM, dan Semangat Reformasi

inspirasa.co by inspirasa.co
1 November 2025
in Nasional
0
KIKA Tolak Suharto Jadi Pahlawan Nasional: Pengkhianatan terhadap Keadilan, Korban HAM, dan Semangat Reformasi
981
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Inspirasa.co – Kaukus Indonesia untuk Kebebasan Akademik (KIKA) menyatakan sikap tegas menolak usulan pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto, mantan Presiden Republik Indonesia yang berkuasa selama lebih dari tiga dekade (1966–1998).

Dijelaskan KIKA, masuknya nama Soeharto jadi 40 nama yang diusulkan Kementerian Sosial (Kemensos) kepada Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Kehormatan (GTK) untuk dijadikan pahlawan nasional jelas merupakan penghianatan atas semangat reformasi.

Baca juga :

Pupuk Indonesia Resmi Bangun Pabrik Soda Ash di Bontang, Komitmen Serap Tenaga Kerja Lokal

Bontang Raih Penghargaan UI GreenCityMetric 2025 Sebagai Kota Berkelanjutan di Bidang Penataan Ruang dan Infrastruktur

Pemberian gelar ini bukan hanya bentuk pengkhianatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan demokrasi, tetapi juga merupakan luka baru bagi korban pelanggaran HAM berat yang terjadi di masa Orde Baru.

Pemerintahan Orde Baru meninggalkan warisan buruk berupa budaya KKN, pembungkaman kebebasan pers, dan pelemahan institusi demokrasi Di bawah rezim Soeharto, kekuasaan dijalankan dengan kekerasan negara, pembungkaman kebebasan berpikir, dan praktik korupsi yang sistemik.

Beberapa peristiwa pelanggaran HAM berat yang terjadi di masa pemerintahannya antara lain:

1. Peristiwa 1965–1966
2. Penembakan Misterius (Petrus), 1982–1985
3. Peristiwa Tanjung Priok (1984)
4. Peristiwa Talangsari (Lampung, 1989)
5. Operasi Militer di Aceh (DOM, 1989–1998)
6. Rumoh Geudong dan Pos Sattis (Aceh)
7. Penghilangan Paksa Aktivis (1997–1998)
8. Peristiwa Trisakti, Semanggi I & II (1998–1999)
9. Kerusuhan Mei 1998
10. Pembunuhan Dukun Santet (1998–1999)

Selain pelanggaran HAM, Transparency International (2004) menobatkan Soeharto sebagai pemimpin paling korup di dunia, dengan estimasi penggelapan dana publik sebesar US$15–35 miliar.

Wacana pemberian gelar pahlawan kepada Soeharto juga menciptakan kontradiksi moral yang mendalam. Di sisi lain, Marsinah, buruh perempuan yang menjadi simbol perjuangan keadilan dan kebebasan berserikat, serta menjadi korban kekerasan negara pada era Orde Baru, juga diusulkan menjadi pahlawan nasional oleh Kementerian Sosial.

Menjadikan Soeharto sebagai pahlawan sementara Marsinah adalah korban dari sistem represif yang ia bangun, adalah bentuk ironi sejarah dan penghinaan terhadap perjuangan kemanusiaan.

Bahkan, pada tahun 2023, negara melalui Presiden Joko Widodo secara resmi mengakui terjadinya 12 pelanggaran HAM berat masa lalu, dan sebagian besar di antaranya terjadi di masa Orde Baru di bawah kekuasaan Soeharto.

Fakta ini menegaskan bahwa Soeharto bukan figur kepahlawanan, melainkan simbol kekerasan negara yang bertentangan dengan nilai-nilai keadilan dan demokrasi yang diperjuangkan sejak reformasi 1998.

Upaya menjadikan Soeharto sebagai pahlawan nasional jelas-jelas merupakan pengkhianatan terbesar terhadap mandat rakyat sejak 1998. Reformasi lahir dari protes publik yang menggulingkan kekuasaan otoriternya, sebuah momentum perjuangan moral dan politik untuk membangun pemerintahan yang demokratis, transparan, dan menghormati hak asasi manusia.

Jika usulan ini terus dilanjutkan, maka reformasi berpotensi berakhir di tangan pemerintahan Prabowo, dan pemberian gelar tersebut akan menandai kematian simbolik dari cita-cita reformasi itu sendiri.

KIKA menegaskan:

1. Menolak secara tegas wacana pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto.

2. Menuntut Negara harus mengakui dan menyelesaikan pelanggaran HAM masa lalu, serta memberikan keadilan kepada para korban.

3. Menegaskan pentingnya memori sejarah dan kebebasan akademik untuk mencegah distorsi dan glorifikasi pelaku pelanggaran HAM.

4. Pendidikan sejarah harus mencerminkan kebenaran dan tidak memutihkan pelanggaran masa lalu.

5. Mengajak civitas akademika dan masyarakat sipil mempertahankan semangat reformasi dan menolak normalisasi kekuasaan otoriter.

Bangsa yang melupakan luka sejarahnya akan kehilangan arah moralnya. Menjadikan Soeharto pahlawan berarti menghapus jejak kejahatan negara dan melecehkan ingatan para korban.

KIKA berdiri bersama korban, keluarga korban, dan seluruh masyarakat yang memperjuangkan keadilan serta kebebasan akademik.

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X

Terkait

ShareTweetShare
 

Discussion about this post

POPULAR NEWS

Kaka Ade bersaudara?

Kaka Ade bersaudara?

3 Oktober 2021
Pelaku Penabrak Pengendara Motor di Depan Sekolah YPK Terancam di Hukum 6 Tahun Penjara

Pelaku Penabrak Pengendara Motor di Depan Sekolah YPK Terancam di Hukum 6 Tahun Penjara

8 Mei 2021
Warga Sangatta Menang dalam Sengketa Informasi Terkait Operasi Tambang PT KPC

Warga Sangatta Menang dalam Sengketa Informasi Terkait Operasi Tambang PT KPC

5 Mei 2025
Ini Sosok Foto Nur Asli KKN di Desa Penari Mahasiswa Angkatan 1996

Ini Sosok Foto Nur Asli KKN di Desa Penari Mahasiswa Angkatan 1996

21 Mei 2022
KRI Nanggala 402 Ditemukan, 53 Awak Dinyatakan Gugur

KRI Nanggala 402 Ditemukan, 53 Awak Dinyatakan Gugur

25 April 2021

EDITOR'S PICK

Dinilai Strategis, Dewan Usul Pemerintah Buat Lahan Pemakaman Muslim di Kelurahan Kanaan

Dinilai Strategis, Dewan Usul Pemerintah Buat Lahan Pemakaman Muslim di Kelurahan Kanaan

24 Juni 2022
Ketua Komite I DPD RI daerah pemilihan Kalimantan Timur, Andi Sofyan Hasdam, menggelar sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan di Gedung Auditorium 3 Dimensi, Kota Bontang, yang berlokasi di Jl. Awang Long, Selasa 29 juli 2025.

Andi Sofyan Hasdam Sosialisasikan Empat Pilar Kebangsaan Kepada Ratusan Pelajar di Bontang

30 Juli 2025
Takjub! Zaa MUA Cilik Bontang Jadi Peserta Terbaik 2 Se-Kaltim

Takjub! Zaa MUA Cilik Bontang Jadi Peserta Terbaik 2 Se-Kaltim

29 September 2021
Dokumen B1.KWK ini diserahkan Ketua DPD Nasdem Bontang Joni Muslim, kepada bapaslon Neni Moerniaeni dan Agus Haris. Rabu (28/8/2024).

Detik-Detik Pendaftaran di KPU, NasDem Resmi Berikan Dokumen B1.KWK untuk Neni-Agus, Joni Muslim: Hasil Surveinya Tertinggi

28 Agustus 2024

Tentang Kami

Follow us

Berita Terbaru

  • KIKA Tolak Suharto Jadi Pahlawan Nasional: Pengkhianatan terhadap Keadilan, Korban HAM, dan Semangat Reformasi 1 November 2025
  • DPM-PTSP Dorong Pemerataan Investasi di Bontang Selatan dan Barat Ini Data Rinciannya 1 November 2025
  • Realisasi Investasi di Bontang Meningkat Triwulan III 2025 Capai Rp821,5 Miliar 1 November 2025
  • Usung Tema “Essence of Earth” dalam Seni Sana Sini 2025, Pupuk Kaltim Rayakan Harmoni antara Alam, Manusia, dan Teknologi 1 November 2025
  • Pedoman media siber
  • Privacy
  • Redaksi
  • Kontak

© 2021 inspirasa.co - Support By Inspirasi Cyber ICM KALTIM.

No Result
View All Result
  • Advetorial
  • Budaya
  • Identitas
  • Terkini
  • Viral
  • Kuliner
  • Lingkungan
  • Musik
  • Politik
  • Sains
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Kontak

© 2021 inspirasa.co - Support By Inspirasi Cyber ICM KALTIM.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Go to mobile version
 

Memuat Komentar...