Samarinda – Sri Puji Astuti, yang menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi IV DPRD Samarinda, mengungkapkan keprihatinannya mengenai kurangnya efektivitas pengawasan yang dilakukan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dalam upaya mencegah Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO) terhadap anak-anak. Ia menyoroti lemahnya pengawasan terhadap iklan dan konten digital yang dapat membahayakan generasi muda.
Sri Puji mempertanyakan sejauh mana kinerja lembaga pengawas penyiaran ini, yang dinilainya belum optimal dalam menjalankan tugasnya.
“Kita sudah punya KPI (Komisi Penyiaran Indonesia), apa itu sudah bergerak? Iklan kita apakah sudah aman? Apakah gadget aman, tidak kan?” ungkapnya dengan nada retoris, menunjukkan keraguan terhadap peran KPI.
Ia menekankan bahwa pengawasan KPI seharusnya tidak hanya terbatas pada daerah perkotaan, tetapi juga harus mencakup seluruh pelosok wilayah.
“Itu yang harus jalan dari KPI. Harus sampai ke pelosok, jangan hanya di pusat,” tegasnya dalam sebuah wawancara beberapa waktu lalu.
Sri Puji berpendapat bahwa perlindungan anak dari konten berbahaya harus merata di seluruh Indonesia.
Ia juga menyoroti tantangan pengawasan yang semakin rumit di era digital saat ini. Konten negatif dapat dengan mudah menyebar melalui berbagai platform online, sehingga pengawasan perlu bersifat adaptif dan responsif terhadap perkembangan teknologi.
Di sisi lain, Sri Puji menekankan pentingnya peran keluarga dalam mencegah KBGO. Menurutnya, keberadaan teknologi seperti televisi dan gadget di rumah bukanlah masalah utama, melainkan cara pengelolaan dan disiplin dalam penggunaannya.
“Sebenarnya gak apa-apa televisi dan gadget ada di rumah, tapi bagaimana cara kita mengaturnya, mendisiplinkan anak,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa disiplin dalam penggunaan teknologi bukan hanya tanggung jawab anak, tetapi juga orang dewasa.
“Disiplin juga bukan hanya dari anak tapi kewajiban disiplin bagi orang tua dan orang dewasa,” tutupnya.
Sri Puji mengajak semua pihak, termasuk pemerintah, keluarga, dan masyarakat, untuk bersinergi dalam menciptakan lingkungan yang aman bagi anak dari kekerasan berbasis gender online. Dengan kolaborasi yang baik, diharapkan anak-anak dapat tumbuh dan berkembang dengan lebih terlindungi dari ancaman digital.
(ADV/DPRDSmd/ANH)
Discussion about this post