Samarinda – Pendidikan yang selaras dengan potensi alam dan budaya lokal dinilai menjadi kunci utama pembangunan daerah yang inklusif dan berkelanjutan. Pandangan ini disampaikan Anggota Komisi IV DPRD Kalimantan Timur, Agusriansyah Ridwan, yang mendorong penerapan kurikulum kontekstual berbasis karakteristik wilayah.
“Setiap daerah memiliki kekhasan budaya dan sumber daya. Pendidikan harus berpijak pada kearifan lokal agar lulusan siap berkontribusi langsung di lingkungan mereka,” ujar Agusriansyah, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Fraksi PKS DPRD Kaltim.
Menurutnya, ironis bahwa wilayah dengan kekayaan alam justru masih tertinggal dalam hal akses dan kualitas pendidikan. Karena itu, ia menekankan pentingnya membangun sistem pembelajaran yang tidak hanya melestarikan budaya lokal, tetapi juga menjawab kebutuhan tenaga kerja dan ekonomi daerah.
Ia menambahkan, pendidikan berbasis lokal dapat menjadi solusi konkret untuk mengurangi ketimpangan antarwilayah—terutama antara pusat kota dan kawasan pinggiran yang sering terabaikan dalam kebijakan pendidikan nasional.
“Kalau kurikulum dibangun dari bawah, dari realitas dan potensi daerah, maka pendidikan akan lebih efisien dan relevan. Kita tidak mendidik anak-anak untuk pergi, tapi untuk membangun daerahnya sendiri,” tegasnya.
Agusriansyah juga mendorong sinergi antara pemerintah daerah, lembaga pendidikan, dan komunitas lokal dalam merancang kurikulum yang adaptif terhadap perubahan zaman namun tetap berakar kuat pada identitas daerah. Pendekatan ini diyakini akan memperkuat karakter, daya saing, serta peran masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan.
Ia menegaskan bahwa pendidikan kontekstual bukan sekadar pelengkap, melainkan bagian penting dari agenda pembangunan berkelanjutan yang menempatkan manusia sebagai subjek, bukan objek kebijakan.
“Kita ingin pendidikan yang responsif terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya Kaltim. Dengan begitu, pembangunan bisa benar-benar tumbuh dari bawah,” pungkasnya. (Adv/DPRD Kaltim)
Discussion about this post