Inspirasa.co – Ketua DPRD Bontang, Andi Faizal Sofyan Hasdam menuntut pemerintah serius dalam menangani dan mengurangi dampak banjir. Ini semakin mendesak mengingat Bontang kian sering dilanda banjir saban kali hujan deras mengguyur.
Sebagai catatan, pada 25 hingga 26 April 2022 lalu, atau sepekan sebelum Hari Raya Idul Fitri, sejumlah titik di Kelurahan Bontang Barat dan Bontang Utara direndam banjir. Dua pekan berselang, tepatnya, Selasa (10/5/2022) banjir kembali melanda dan sebarannya kian massif. Dalam catatan BPBD Bontang, setidaknya ada 5.767 warga terdampak banjir. Mereka tersebar di 8 kelurahan.
Andi Faizal menilai pemerintah tak serius menangani persoalan ini. Ini terlihat dari minimnya alokasi anggaran penanganan banjir. Dia menyebut persoalan ini harusnya jadi prioritas dan mendapat pos anggaran lebih tinggi ketimbang kegiatan-kegiatan lain.
Berdasar informasi yang diterima pihaknya, dari pos APBD Bontang, pemerintah hanya menggelontorkan sekitar Rp 12 miliar untuk banjir, sisanya Rp 18 miliar bergantung dari Bantuan Keuangan (bankeu).
“Sampai saat ini kami melihat tidak ada keseriusan, dalam artian alokasi anggaran untuk banjir seperti setengah hati. Padahal diperlukan anggaran yang cukup besar untuk menuntaskan permasalahan banjir,” ujarnya kepada inspirasa.co, Selasa (10/5/2022) malam.
Politikus Golkar itu menambahkan, Pemkot tidak saja harus menyusun strategi penanganan banjir. Di samping itu, pemerintah pun harus menyusun langkah yang diambil ketika bencana kadung terjadi dan apa dilakukan setelahnya. Ini dilakukan agar dampak banjir setidaknya bisa diminimalisir, tidak semasif sekarang.
“Bukan cuma mengirimkan bantuan makanan. Kalau boleh saran, saat ini perlu pasukan Satgas Banjir untuk bantu membersihkan rumah warga yang kebanjiran. Ini seperti di Surabaya,” bebernya.
Sebagai gambaran, Pemkot Surabaya biasa menyiagakan ribuan petugas yang bekerja 24 jam secara bergantian ketika banjir menggenang kota itu. Bertugas di bawah komando Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan (DPUBMP) Kota Surabaya, mereka terbagi dalam satgas pengerukan, operator alat berat, hingga tenaga penyarang (sampah) di rumah pompa.
“Kalau dilihat kejadian seperti ini memang pemerintah tidak serius. Dalam hal ini walikota beserta seluruh jajarannya,” tegasnya.
Penulis: Fitri Wahyuningsih
Discussion about this post