Samarinda – Fenomena pejabat yang mengenakan banyak pin dan atribut resmi dalam kegiatan formal mendapat sorotan dari Anggota DPRD Kota Samarinda, Anhar. Ia menilai kebiasaan tersebut justru mereduksi nilai kehormatan simbol yang seharusnya dijaga kesakralannya.
Menurut Anhar, pin dan lambang bukanlah sekadar aksesori pakaian. Simbol itu merepresentasikan tanggung jawab moral dan amanah jabatan yang diemban.
“Kalau semua dipasang sampai penuh di baju, rakyat tidak lagi melihat maknanya. Malah terlihat seperti aksesori, bukan penghormatan,” ujarnya, Jumat (12/9/2025).
Ia menekankan, penggunaan atribut resmi perlu dilakukan secara sederhana agar tetap mencerminkan wibawa seorang pejabat. Jika dipakai berlebihan, makna filosofisnya dikhawatirkan hilang.
Anhar memberi contoh bagaimana Presiden sebagai pemimpin tertinggi negara hanya mengenakan satu pin di dada sebagai simbol kedudukan.
“Kalau presiden saja tidak berlebihan, seharusnya pejabat di daerah juga bisa mencontoh. Satu simbol saja sudah lebih dari cukup,” tegasnya.
Lebih jauh, ia menilai penggunaan atribut berlebihan dapat menimbulkan kesan pamer jabatan. Padahal, keberadaan simbol tersebut semestinya memperkuat kedekatan pejabat dengan masyarakat, bukan sebaliknya.
“Intinya, gunakan seperlunya saja. Kesederhanaan itu justru membuat simbol tetap sakral dan dihargai,” pungkasnya.(ADV)
Discussion about this post