Samarinda — Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi perhatian khusus DPRD Kota Samarinda, terutama dalam hal pengawasan kualitas bahan pangan yang disajikan kepada peserta didik.
Anggota Komisi IV DPRD Samarinda, Anhar, menegaskan pentingnya menjaga standar mutu dalam pelaksanaan program tersebut agar tidak menimbulkan kasus serupa di daerah lain, di mana sejumlah siswa sempat mengalami keracunan setelah mengonsumsi makanan dari program serupa.
“Alhamdulillah di Samarinda belum pernah terjadi hal seperti itu. Semua pihak yang diberi tugas sudah bekerja secara maksimal untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Yang penting, standarisasi mutu, kualitas, dan gizi harus benar-benar dilengkapi,” ujar Anhar.
Ia menambahkan, kualitas makanan tidak hanya bergantung pada proses pengolahan di dapur, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh rantai pasok bahan baku seperti ayam, telur, daging, beras, sayur, dan buah-buahan.
Karena itu, menurutnya, keterlibatan petani, peternak, hingga pelaku UMKM lokal sangat diperlukan agar bahan pangan yang digunakan tetap segar dan terjamin mutunya.
“Kalau pasokan bahan berasal dari pelaku usaha lokal, kita bisa langsung memastikan kesehatannya. Lebih baik menggunakan ayam segar dari peternak Samarinda daripada ayam beku dari luar daerah. Kualitasnya jelas lebih terjaga,” ungkapnya.
Anhar juga mendorong Pemerintah Kota Samarinda untuk melakukan pendataan menyeluruh terhadap sumber bahan pangan lokal. Ia berharap pemerintah dapat menjalin kolaborasi erat dengan dinas terkait, kelompok tani, peternak, hingga rumah potong hewan.
“Mulai dari asal-usul bahan pokok sampai ke dapurnya harus jelas. Dengan begitu kualitas makanan MBG di Samarinda bisa tetap terjamin,” pungkasnya.(Adv)

















Discussion about this post