Samarinda – Lonjakan kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Kota Samarinda jadi sorotan serius DPRD. Wakil Ketua Komisi IV, Sri Puji Astuti, menilai kondisi ini mencerminkan melemahnya daya tahan keluarga di tengah tekanan sosial dan ekonomi.
Ia menekankan perlunya pendekatan kebijakan yang lebih menyentuh akar masalah, bukan sekadar penindakan hukum.
“Ini bukan semata perkara hukum, tapi lebih dalam lagi menyangkut lemahnya pembentukan nilai dan ketahanan emosional dalam keluarga,” ujar Puji kepada wartawan, Selasa (29/7/2025).
Sebagai langkah konkret, DPRD Samarinda saat ini sedang menggodok Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Ketahanan Keluarga. Regulasi ini ditujukan untuk memperkuat fondasi moral, spiritual, dan ekonomi rumah tangga sebagai upaya pencegahan terhadap KDRT dan persoalan sosial lainnya.
Puji menyebut tantangan keluarga saat ini semakin kompleks, apalagi di era digital yang serba cepat dan terbuka. Literasi informasi dan penguatan nilai dinilainya menjadi bekal penting bagi orang tua dalam menjaga keharmonisan rumah tangga.
“Keluarga harus siap dengan gempuran informasi yang bebas dan tak terbendung. Kalau tidak dibekali nilai dan pemahaman yang kuat, keluarga bisa kehilangan kendali,” tegasnya.
Namun, menurut Puji, penguatan keluarga tidak cukup dengan aturan semata. Ia menyoroti pentingnya dukungan anggaran serta peran aktif dari lembaga teknis seperti DP2PA dan DP2KB yang selama ini masih terkendala keterbatasan dana.
“Sosialisasi dan edukasi butuh pendanaan yang cukup. Kalau hanya mengandalkan inisiatif program tanpa dukungan fiskal, hasilnya tidak akan optimal,” ucapnya.
Puji juga mengkritik fokus pembangunan yang dinilainya masih terlalu dominan ke sektor formal seperti pendidikan dan kesehatan. Padahal, akar dari banyak persoalan sosial sering kali berawal dari disfungsi dalam keluarga dari kekerasan, perilaku menyimpang, hingga krisis identitas generasi muda.
“Yang kita perlukan bukan cuma pendekatan reaktif. Tapi kebijakan yang menanamkan kembali nilai-nilai budaya, spiritualitas, dan penguatan karakter keluarga,” tutupnya.(ADV)
Discussion about this post