Inspirasa.co – Rencana pengerjaan turap di bantaran Sungai Betlehem, di Jalan Paprika, Kelurahan Gunung Elai, Kecamatan Bontang Utara yang bakal dikerjakan pada APBD-Perubahan mendatang mendapat sorotan dewan.
Anggota Komisi III DPRD Bontang Faisal FBR tak yakin pengerjaan turap itu bisa dilakukan di anggaran perubahan. Pasalnya, banyak tahapan yang harus dilalui, yang justru akan semakin menyita waktu. Ditambah di penghujung Agustus mulai masuk musim penghujan.
“Banyak prosesnya untuk sampai tahap Finalisasi. Belum lagi proses lelang yang memakan waktu sampe berbulan-bulan. sementara longsoran makin melebar dan tebing sungai makin tergerus. Ditambah tembok pembatas warga di sekitar sungai pada retak,” ujarnya usai meninjau lokasi longsor, Senin (22/5/2023).
Faisal pun mewanti Pemkot agar jangan sampai pembangunan turap menunggu anggaran perubahan, namun dirinya lebih menyarankan agar pemerintah mengalokasikan anggaran darurat untuk mempercepat pengerjaan turap sungai.
Atau meminta Pemkot Bontang menggunakan anggaran yang sudah disiapkan sebesar Rp 26 miliar khusus untuk penurapan di sepanjang aliran Sungai Bontang, bisa dialihkan ke penurapan sungai di Jalan Paprika.
Nantinya, DPRD Bontang Melalui Komisi III akan memanggil pihak-pihak terkait seperti PUPR, Bapelitbang, Kelurahan Gunung Elai, dan Sekda untuk membahas soal penganggaran ini.
“Kami (Komisi III) akan kawal terus, jangan dianggap remeh. Kalau ada pos anggarannya, ya dianggarkan. Jangan tunggu-tunggu sampai runtuh itu bangunan di sekitar sungai,” ungkap Politikus Nasdem ini.
Sementara itu, salah seorang warga Baktiar Effendi menuturkan longsor di sungai Betlehem sudah terjadi sejak Februari 2023 lalu. Disebabkan karena drainase yang tersumbat sejak kurang lebih 10 tahun lalu, sehingga air tidak bisa mengalir dan meluap di sekitar sungai yang tidak diturap.
Longsor semakin luas sampai dinding pembatas bangunan di sekitar bantaran sungai retak. Apalagi kontur tanah yang miring semakin memperparah longsor dan dikhawatirkan terjadi longsor susulan.
“Kontur tanahnya miring. Kalau tidak ada turap dibangun, maka tanah di sekitar bakal tergerus aliran sungai, ditambah air yang meluap dari atas,” ungkapnya.
Menanggapi hal itu, Ahli Muda Jabatan Fungsional Pengelola Sumber Daya Air Dinas PUPR Kota Bontang Bambang Permadi mengatakan, terkait pengerjaan turap itu hanya bisa dianggarkan di APBD-Perubahan. Pun pengerjaannya dilakukan secara swakelola bersama TNI Bontang dengan pengerjaan type II, sehingga lebih efektif dan efisien.
“Kita upayakan di perubahan dan tidak kita tenderkan pengerjaannya, karena kalau pakai sistem tender di perubahan waktunya sempit. Kita swakelola bersama TNI Bontang. Jadi lebih cepat,” terangnya.
Discussion about this post