Inspirasa.co – Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekontruksi Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kutai Timur (Kutim), Khairunisanur menyatakan bahwa wilayah Kutim rentan terhadap ancaman bencana alam. Karena itu, upaya antisipasi dan mitigasi sejak dini diperlukan untuk menanggulangi fenomena tersebut.
Pernyataan tersebut disampaikan saat dirinya mengikuti rapat Pengkajian Kebutuhan Pascabencana (Jitupasna) dan Rencana Rehabilitasi dan Rekontruksi Pascabencana (R3P), di Hotel Royal Victoria Sangatta, Senin (20/11/2023).
“Wilayah Kutim yang rentan terjadi bencana alam, perlu dilakukan antisipasi sejak dini dalam menanggulanginya,” ujar Khairunisanur.
Dia menambahkan, Jitupasna dan R3P menjadi pedoman umum, sebagai upaya menangani bencana dengan cepat dan tepat di Kutim. Untuk itulah penyusunan Jitupasna dan R3P menjadi fokus BPBD Kutim.
“Itu nanti dasar kami untuk bekerja, ketika terjadi bencana itu bisa jadi pacuan dengan skala yang sama, dan basis-basis penganggarannya,” ucap Khairunisanur.
BPBD Kutim memetakan titik rawan terjadi bencana alam. Khususnya bencana banjir, wilayah kecamatan yang berpotensi besar disebut lima dari total 18 kecamatan di Kutim. Antara lain Kecamatan Sangatta Selatan, Sangatta Utara, Bengalon, Rantau Pulung, dan Muara Bengkal.
“Kalau untuk banjir di Sangatta Selatan dan Sangatta Utara di beberapa titik, kemudian juga di daerah Bengalon, Rantau Pulung dan Muara Bengkal. Mungkin nanti kami tidak fokus di semua kecamatan namun kami nanti membuat peta kewilayahan bencana dan kami fokusnya yang memang setiap tahun ada kejadian,” sebutnya.
Khairunisanur juga mengingatkan informasi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bahwa 90 persen dari bencana disebabkan oleh aktivitas manusia. Karenanya kesadaran pada ancaman tersebut, menurut dia, menjadi sangat penting.
“Jadi ada beberapa hal yang harus disosialisasikan kepada masyarakat,” pungkasnya. (adv)
Discussion about this post