Inspirasa.co – Masyarakat pulau gusung yang berada di Kelurahan Guntung, Kecamatan Bontang Utara, terus menjerit butuh perhatian dari Pemerintah Kota Bontang.
Masyarakat pulau gusung yang 90 persennya bekerja dan berpenghasilan sebagai nelayan tangkap ikan,dan budidaya rumput laut, kesulitan mendapatkan air bersih dan listrik.
Masyarakat pulau gusung harus merogoh kocek untuk mendapatkan air bersih, begitupun untuk listrik mereka bergantung pada mesin diesel (genset) milik sendiri untuk menerangi 300-an jiwa lebih penduduknya.
Ketua RT 03 Pulau Gusung, Jumadi menuturkan, hasil dari penjualan ikan dan budidaya rumput laut tak sebanding dengan pengeluaran untuk biaya membeli air bersih dan bahan bakar minyak (BBM) mesin diesel tersebut.
Untuk menerangi rumah mereka, warga harus urunan membeli bahan bakar minyak solar untuk genset umum yang ada di pulau gusung. Dalam sehari paling sedikit warga harus membeli bahan bakar minyak tersebut sebanyak 15 liter.
Sementara warga juga menyediakan genset di masing-masing rumah mereka, antisipasi jika genset umum tak lagi menyala karena kehabisan bahan bakar solar.
“Ada genset umum bahan bakarnya solar, ini juga kita urunan belinya. Genset umum ini hanya mampu bertahan sampai jam 10 malam, menyala dari jam 6 sore. Namun selama ini kami hanya mampu membeli untuk selama 4 jam saja. Terkadang kalau genset umum sudah tak menyala lagi, terpaksa warga harus menggunakan genset sendiri, bahan bakarnya pertalite,” jelasnya Kamis (22/6/2023).
Untuk mengaliri listrik 300-an jiwa lebih penduduk pulau gusung, warga sedikitnya merogoh kocek sebanyak Rp 150 ribu dalam sehari. Bukan hanya soal listrik, untuk membeli air bersih juga warga harus menggunakan solar menggunakan perahu menyeberangi laut.
Hal ini dikatakan Jumadi tidak sebanding dengan pendapatan dari hasil berjualan ikan dan rumput laut. Lantaran hasil penjualan ikan dan rumput laut tak menentu.
Jumadi menyebut, pada 2014 lalu, perusahaan pernah memberikan bantuan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Pulau Gusung. Namun kini PLTS tersebut tak lagi berfungsi dengan baik. Pun mesin penyulingan air asin ke air tawar yang dibangun oleh Pemkot pada 2019 juga tak berfungsi.
“Bisa dikatakan 100 persen genset umum sudah tak berfungsi. Karena baterai PLTSnya sudah harus diganti, mesin penyulingan air juga rusak, tapi hingga saat ini tak pernah di cek lagi sama pemerintah,” jelasnya.
Jumadi mempertanyakan pemerintah yang saat ini melupakan masyarakatnya di pulau gusung. Persoalan ini berulang kali disampaikan di setiap musrenbang, namun Pemkot seolah abai terhadap masyarakatnya.
Warga sangat membutuhkan air bersih dan listrik, selain itu soal abrasi air laut yang kian hari mengikis pulau gusung. Jumadi meminta pemerintah tak membeda-bedakan masyarakat di pulau gusung. Selama beberapa tahun ini masyarakat pulau gusung seakan dilupakan dan diabaikan. Sementara masyarakat di wilayah pesisir lainnya hingga yang di darat, mendapat perhatian lebih.
“Pemerintah kenapa tak pernah datang memperhatikan dan melihat kondisi mayarakatnya di pulau gusung. Soal abrasi, jika pulau gusung tak diperhatikan dalam tahun-tahun mandatang pulau gusung tidak akan ada lagi,” tukasnya.
Discussion about this post