Inspirasa.co – Sudah 10 hari Ossong berdagang sapi qurban di Jalan Pattimura, Kelurahan Api-Api, Bontang Utara. Namun hingga hari ini, pada Selasa (5/7/2022) pagi, saat ditemui Ossong mengaku, sepi pembeli.
Diungkapkan Ossong, biasanya setiap tahun menjelang Hari Raya Idul Adha, seperti pada tahun lalu, sapinya banyak laku terjual.
“Menjelang Hari Raya Idul Adha 2022 ini sepi pembeli, kebanyakan warga hanya datang bertanya, tapi tidak ada yang bawa pulang sapi,” ujarnya.
Sepinya pembeli, menurut Assong dipengaruhi adanya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang belakangan ini menyerang hewan ternak.
Selain mengeluhkan sepi pembeli akibat Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), Assong juga mengeluhkan besarnya biaya perawatan yang harus dikeluarkan agar sapi yang dijualnya terbebas dari penyakit.
Selain biaya saat karantina sebelum mendatangkan sapinya ke Bontang, biaya perawatan makan untuk membeli rumput juga terbilang mahal.
“Saat karantina itu banyak biaya yang dikeluarkan. Biaya beli rumput untuk makan beberapa ekor sapi setiap hari, paling sedikit itu Rp 300 ribu, belum lagi untuk bayar yang cari rumput,” keluhnya.
Dengan mahalnya biaya perawatan dan makan sapi itu, Assong terpaksa harus menaikkan harga sapi yang dijualnya. Misalnya harga sapi per ekor yang sebelumnya dijual Rp 20 juta, kini bisa dijual Rp 21 hingga Rp 23 juta.
Diakui Ossong, sapi-sapi yang dijual, diambil dari Sulawesi Selatan ini terbebas dari Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), lantaran sudah melalui karantina sebelum didatangkan ke Bontang, pun sudah diuji kesehatan dari dinas terkait. (Ars)
Discussion about this post