Inspirasa.co – Kasus stunting di Kota Bontang kembali meningkat dengan prevalensi mencapai 20,6 persen berdasarkan data e-PPGBM Agustus 2024. Sebelumnya, angka ini sempat turun menjadi 18 persen pada Juli lalu.
Kenaikan ini menunjukkan masih adanya tantangan dalam penanganan gizi buruk, terutama di beberapa kelurahan dengan prevalensi tinggi seperti Bontang Lestari yang mencapai 35 persen.
Pjs Wali Kota Bontang, Munawwar, meminta organisasi perangkat daerah (OPD) terkait segera menyatukan data agar kebijakan penanganan stunting dapat didasarkan pada informasi yang akurat. Ia menyebut salah input data sebagai salah satu penyebab bias dalam penentuan prevalensi stunting di kota ini.
“Stunting di Bontang lumayan tinggi karena ada salah input data di antara OPD. Kalau ada kesalahan, harus kecil dan tidak melampaui angka nasional. Kita harus pastikan ini benar,” kata Munawwar, Rabu (20/11/2024).
Dari data yang dirilis, Kelurahan Bontang Lestari menjadi wilayah dengan angka stunting tertinggi, mencapai 35 persen. Dari 431 balita yang tercatat, sebanyak 166 anak terdiagnosis stunting.
Kelurahan Berbas Pantai menyusul dengan prevalensi 27,5 persen, di mana 112 anak stunting ditemukan dari total 929 balita, meski yang ditimbang baru 407 balita. Sementara Kelurahan Tanjung Laut Indah mencatat prevalensi 27,2 persen dengan 122 anak stunting dari 1.295 balita.
Kelurahan Berebas Tengah dan Guntung masing-masing mencatat prevalensi 25,5 persen dan 24,5 persen, dengan total anak stunting sebanyak 148 dan 107 balita.
Munawwar menekankan pentingnya peran layanan primer seperti posyandu dan puskesmas dalam menekan angka stunting. Ia mendorong integritas layanan primer (ILP) di tingkat kelurahan untuk menjadi prioritas dalam program penanganan stunting.
“ILP harus ada di tingkat bawah, mulai dari posyandu hingga puskesmas. Ini harus ditingkatkan dan menjadi prioritas utama,” ujarnya.
Koordinasi yang baik antar-OPD menjadi kunci utama untuk menangani masalah ini. Penyatuan data menjadi langkah awal agar penanganan bisa lebih efektif dan tepat sasaran.
“Data adalah dasar kebijakan. Kalau datanya bias, program yang dijalankan juga tidak akan maksimal. OPD harus menyatukan data agar tidak ada lagi kesalahan input,” tambahnya.
Ia berharap dengan langkah-langkah ini, angka stunting di Bontang dapat ditekan dan target penurunan sesuai standar nasional dapat tercapai. (Adv)
Discussion about this post