Inspirasa.co – Video penemuan jasad korban balita yang ditarik seekor buaya viral di media sosial hingga menjadi perbincangan warganet. Mendapat tanggapan dari peneliti satwa liar dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Amir Ma’ruf.
Dilansir Inspirasa.co dari berbagai sumber, Amir Ma’ruf mengatakan buaya yang dikabarkan “mengantar” jasad seorang balita ke tepi sungai mungkin sudah sering diberi makan oleh manusia.
Amir menjelaskan bahwa kedekatan buaya dengan manusia di sekitar habitatnya dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku tersebut.
Dia juga menambahkan bahwa buaya tersebut mungkin sudah terbiasa dengan jenis makanan tertentu.
Amir mengingatkan bahwa pada umumnya binatang liar tidak menganggap manusia sebagai makanan dan hanya berinteraksi dengan manusia dalam kondisi tertentu saja.
“Karena satwa pada umumnya, anggaplah bisa memenuhi timbal balik dengan manusia. Misalnya bukan hanya buaya, yang lain pun seperti itu, terus sering berinteraksi, bagi dia (jasad balita) itu bukan makanannya,” imbuhnya.
Namun, peristiwa ini tetap dianggap sebagai hal yang langka dan tidak lazim terjadi. Amir juga mengingatkan bahwa buaya seharusnya tidak dianggap sebagai binatang yang tidak berbahaya dan harus dihormati serta ditakuti.
Tanggapan pakar reptil UGM
Donan Satria Yudha, seorang pakar reptil dan dosen Laboratorium Sistematika Hewan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, menjelaskan bahwa perilaku buaya yang mengantar jasad secara utuh ke pinggiran sungai mungkin disebabkan karena buaya tersebut sudah kenyang.
Menurut Donan, jika buaya sudah dalam keadaan kenyang, hewan ini membutuhkan waktu tiga sampai empat hari, bahkan sampai satu minggu untuk mencerna makanan karena memiliki metabolisme yang lambat. Dalam kondisi normal, perilaku buaya di alam liar menurutnya cenderung menyukai mangsa yang bergerak.
Namun, dalam kondisi tertentu, seperti saat sangat lapar, buaya mungkin akan memakan mayat. Donan juga menyatakan bahwa dalam kasus di Kutai Kartanegara, buaya yang membawa jasad balita itu sebenarnya tidak sedang mengantarnya ke daratan, melainkan membawanya ke dekat sarangnya untuk disembunyikan. Hal ini karena jika disimpan di tengah sungai, buaya akan kesulitan mencarinya jika ingin memakannya kembali.
Secara keseluruhan, Donan menegaskan bahwa buaya bukanlah binatang yang tidak berbahaya dan harus dihormati serta ditakuti. Namun, dalam situasi tertentu, seperti saat buaya sudah kenyang atau dalam kondisi lapar, perilakunya dapat berbeda dari biasanya. Oleh karena itu, dia mengingatkan agar warga selalu berhati-hati dan tidak melakukan aktivitas di sungai tanpa pengawasan yang cukup.
Donan juga mengingatkan kepada masyarakat agar tidak memberi makan pada buaya atau binatang liar lainnya. Hal ini karena memberikan makan pada binatang liar dapat merusak perilaku alami mereka dan menyebabkan masalah dalam lingkungan mereka. Selain itu, memberikan makan pada binatang liar juga dapat menyebabkan mereka menjadi terlalu akrab dengan manusia dan menimbulkan risiko keamanan.
Kepolisian setempat telah melakukan investigasi terkait kejadian ini dan masih terus mengejar buaya yang diduga melakukan peristiwa tersebut. Pemerintah setempat juga telah mengeluarkan peringatan kepada warga untuk berhati-hati dan tidak berenang atau beraktivitas di sungai tersebut sampai ada konfirmasi lebih lanjut.
Fakta-fakta buaya membawa jasad balita
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Basarnas Kaltim Melkianus Kotta mengatakan, buaya membawa jasad korban sampai ke tepi sungai dengan cara menggigit punggungnya.
Melkianus menerangkan orang yang pertama kali melihat buaya membawa jasad bocah tersebut adalah sekuriti perusahaan di sekitar lokasi.
Saat itu sekuriti melihat buaya tengah berenang dengan membawa tubuh korban.
“Itu dari tengah sungai buayanya berenang jaraknya sekitar 200 meter itu lalu ke pinggir sungai,” tuturnya.
Saat berada di pinggir sungai, buaya tersebut sempat tenggelam sambil membawa tubuh korban sebanyak 3 kali. Saat kali ketiga buaya tersebut melepaskan jasad bocah tersebut.
“Sampai di pinggir sungai buaya itu awalnya tenggelam sambil bawa tubuh korban sebanyak tiga kali, nah yang ketiga tubuh korban muncul, sedangkan buaya itu sudah menjauh,” paparnya.
Sebelumnya, pihak Basarnas sudah dua hari mencari balita yang dilaporkan keluarga tenggelam di sungai Mahakam, namun hasilnya, nihil.
Dalam proses pencarian itu, Basarnas kesulitan mencari hingga dinyatakan bahwa korban kemungkinan sudah meninggal akibat tenggelam. Lantas, dua hari setelah dinyatakan hilang, yakni pada Jumat kemarin, pihaknya dapat kabar soal buaya tersebut. Usai dicek, ternyata jenazah balita yang dibawa buaya tersebut adalah Muhammad Ziyad Wijaya.
Melkianus Kotta lantas mengatakan, buaya Mahakam tersebut melepaskan jenazah korban saat sudah mencapai tepian sungai. Jasad korban dilepaskan, ketika keluarga sudah mendekat. Usai antar jasad balita tersebut, buaya itu lantas kembali berenang ke sungai. “Saat buaya berada di dekat keluarga, langsung dilepaskan korban,” tutur dia.
Dia menuturkan, tidak ada bagian tubuh jasad balita yang tenggelam itu tercabik oleh ulah si buaya.
Meskipun Ziyad dipastikan meninggal dunia dan langsung dievakuasi ke rumah duka. “Semua utuh. Jadi buaya ini kalau di kita malah membantu menemukan pencarian korban,” kata Melkianus Kotta.
Korban sempat dilaporkan hilang pada Rabu (18/1/2023). Sebelum hilang, korban diketahui tengah bermain di belakang rumahnya yang langsung berbatasan dengan Perairan Muara Jawa. Sekira pukul 15.00 Wita korban sudah tidak terlihat lagi di belakang rumahnya. Namun mainan korban masih berada di tempat terakhir korban terlihat.
Sumber: kotomonodotco, Detik.com, Kompas.com
Discussion about this post