Inspirasa.co – Terlapor pimpinan pondok pesantren yang diduga melakukan pelecehan seksual kepada santrinya, angkat bicara.
Kepada awak media, pimpinan pondok pesantren ini membantah tudingan yang ditujukan kepadanya.
Telapor pimpinan pondok pesantren ini, menganggap apa yang dilaporkan kerabat korban, kepada polisi dan wartawan, tidak benar, dan merupakan fitnah.
“Itu semua tidak benar, ini adalah fitnah,” kata terlapor, ditemui di kediamannya, Jumat (30/12/2023).
Terlapor pimpinan pondok pesantren menyebut, sejauh ini belum ada panggilan dari pihak polisi untuk pemeriksaan. Meski begitu, ia akan tetap kooperatif untuk menjalani proses hukum.
Lebih jauh, ia menilai tuduhan yang disangkakan kepadanya ini sangat merugikan baginya. Ia pun menyayangkan pemberitaan yang sudah beredar luas.
Terlapor pimpinan pondok pesantren ini juga menyanggah laporan dan bukti chat yang sebelumnya diungkap korban, prihal mengirimkan pesan kepada santri saat tengah malam.
Dimana pada bukti chat itu, menunjukkan narasi mendesak korban untuk bersumpah. Jika yang dilakukan antara keduanya adalah perbuatan suka sama suka.
Menurutnya, teknologi saat ini dapat mengubah sesuatu hal, menjadi buruk jika ingin menjatuhkan seseorang.
Sebelumnya, keluarga korban dalam hal ini kakak korban, melaporkan perkara kasus dugaan pelecehan ini kepada kepolisian Bontang.
Pada laporan ke polisi, kaka korban mengungkapkan, bahwa kejadian ini sudah sejak sejak 2022.
Dimana setiap adiknya, melakukan kesalahan saat setor hapalan Al-Qur’an, korban dihukum dengan cara tidak senonoh.
Selain itu, kakak korban mengatakan, kecurigaan itu juga berawal dari adiknya yang pernah bercerita dan menangis.
Kaka korban kemudian inisiatif membuka isi catatan di ponsel adiknya tersebut. Dan ia menemukan bukti chat dan curhatan korban mengenai perlakuan terduga pelaku selama ini.
“Dari situ saya tahu adik saya menjadi korban pelecehan,” jelasnya.
Discussion about this post