Inspirasa.co – Titin salah satu Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), warung makan nasi campur di Kota Bontang, berlokasi di Jalan DI Panjaitan, tak patah semangat untuk tetap bertahan di tengah gempuran mahalnya harga beras saat ini.
Titin berjualan warung makan nasi campur sejak 2010 hingga saat ini. Diakui Titin harga beras tiap tahun semakin mahal.
Titin bilang, harga beras eceran di pasar saat ini menyentuh 17 ribu rupiah hingga 18 ribu rupiah per kilogram.
Meski harga beras mahal, kondisi ini memaksanya agar usaha warung makannya tetap berjalan, dan kebutuhan sehari-hari juga terpenuhi.
Berjualan sejak 2010 hingga saat ini, Titin telah memiliki banyak pelanggan tetap.
Meski harga beras mahal, diakui Titin tak menaikkan harga nasi campur yang dijualnya, begitupun tak mengurangi porsinya. Hal itu dilakukan Titin agar pelanggan tetapnya tak beralih ke tempat lain.
“Mau tak mau ini supaya pelanggan tak ke tempat lain. Porsinya juga tidak dikurangi,” Jelasnya ditemui di warungnya pada Rabu (6/3/2024).
Mahalnya harga beras, sangat mempengaruhi pendapatan dan pengeluaran Titin. Bisa dibilang omzetnya berkurang sekitar 50 persen.
Nasi campur dijual Titin seharga 15 ribu rupiah per porsinya dengan lauk ikan, jika menggunakan lauk ayam di jual 20 ribu rupiah.
Pemerintah tak berikan solusi jangka panjang
Salah satu pembeli Arif mengatakan, mahalnya harga beras yang naik setiap tahun, jelas menyulitkan masyarakat.
Arif bilang, pemerintah tak memberikan solusi jangka panjang. Setiap menjelang ramadhan harga beras pasti naik lagi.
“Ketika sudah naik dan menjelang ramadhan pasti gelar pasar murah, itu tak memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat kan, hanya digelar pada saat itu,” Ungkapnya.
Discussion about this post