Inspirasa.co – AJI Samarinda menggelar Pelatihan Keamanan Digital (Digital Safety). Kegiatan yang diikuti puluhan anggota AJI Samarinda ini digelar di sebuah kafe di bilangan Ahmad Yani, Bontang Utara, Bontang, Kalimantan Timur, Minggu (26/2/2023).
Ketua AJI Samarinda, Noffiyatul C menjelaskan, menguatnya penggunaan internet dan perangkat digital juga membuka pintu akan terjadinya serangan digital. Tujuannya untuk merusak dan mencuri data, hingga menyerang pribadi seseorang di dunia maya.
Salah satu kelompok rentan terhadap serangan digital adalah jurnalis. Ini tak lain, lantaran profesi mereka menuntut penyampaian fakta ke hadapan publik. Di sisi lain, ada pihak yang merasa gerah dengan penyampaian fakta tersebut.
“Kalau dulu serangan yang dilakukan hanya secara fisik, sekadang serangan digital mulai menguat,” kata Nofi.
Melalui pelatihan ini, diharapkan dapat memahami jenis-jenis serangan digital, cara mencegahnya, dan tindakan mitigasi bila serangan tersebut kandung terjadi.
“Apalagi kita mulai memasuki tahun politik. Jadi pemahaman soal keamanan digital ini semakin penting,” ungkapnya.
Sementara itu, pelatihan dipandu anggota AJI Samarinda, Aji Sapta Dian Abdi. Sebelumnya, pria yang akrab disapa Abdi telah mengikuti Training of Trainer (ToT) Digital Safety di Jakarta, pertengahan Februari 2023 lalu.
Pelatihan digelar santai dan cair. Banyak materi dipaparkan, diantaranya: dasar keamanan digital, mengelola identitas, memahami persandian, hingga keamanan komunikasi dan mitigasi liputan berisiko.
Abdi memaparkan, jika dilihat sekilas, dalam menerapkan keamanan digital bagi diri sendiri terlibat ribet dan menyita waktu. Namun lebih baik jurnalis menempuh jalan ini ketimbang nanti berpotensi mengalami serangan.
“Tidak ada yang benar-benar aman di dunia maya. Menerapkan keamanan saja belum tentu aman, apalagi tidak menerapkan. Makanya mending ribet saja asal lebih aman,” bebernya di hadapan peserta.
Hal yang paling ia tekankan ialah soal penggunaan password dan mengelola identitas diri. Dia bilang, jurnalis harus menggunakan password berbeda untuk setiap akun media sosial dan perangkat digital mereka. Agar lebih aman, polapol tersebut mesti kombinasi antara kalimat, angka, dan simbol.
“Ini sering diabaikan. Kadang satu password untuk semua medsos. Kalau begitu, bisa jebol semua medsos kalau password satu ketahuan,” ungkapnya.
Di akhir sesi, Abdi berharap peserta dapat segera mengelola dan menerapkan keamanan digital. Ini tak lain demi keamanan dan kenyamanan mereka sendiri dalam menjalankan tugas-tugas jurnalistiknya.
Discussion about this post