Inspirasa.co – Mohammad Alif Syahrizan Sekretaris Asosiasi Perjalanan dan Transportasi kapal penyebrangan pulau Beras Basah, angkat bicara prihal musibah meninggalnya wisatawan inisial RF pria usia 43 tahun asal Kota Samarinda, di area perairan pantai Marina Kota Bontang, Kaltim.
Mohammad Alif Syahrizan menegaskan, kapal yang digunakan korban, tak terdaftar di Asosiasi Perjalanan dan Transfortasi kapal penyebrangan pulau Beras Basah.
Kapal yang digunakan merupakan kapal yang kesehariannya digunakan untuk mencari ikan (kapal nelayan).
Kapal yang terdaftar di Asosiasi Perjalanan dan Transfortasi kapal penyebrangan pulau Beras Basah, keseluruhan berjumlah 60 orang atau 60 armada.
Sebanyak 60 anggotanya ini telah lolos syarat uji keriteria, dan memenuhi prosedur persyaratan keselamatan di Dinas Perhubungan hingga Syahbandar.
“Di Asosiasi kami semua kapal yang sudah kami masukkan dalam anggota secara internal itu sudah lolos uji keriteria di Dishub. Bicara terkait keselamatan atau Sefty juga sudah memenuhi dari Sabandar,” Jelasnya.
Sebanyak 60 armada yang terdaftar, wajib memiliki dan menggunakan jaket pelampung (life jacket) untuk keselamatan penumpang kapal.
“Kami paham, kami ini merupakan Asosiasi jasa. Jasa yang wajib mengutamakan keselamatan penumpang,” Tegasnya.
Selain itu, pihaknya bahkan telah berjasama dengan pihak jasa asuransi. Jasa asuransi tersebut juga diperuntukkan untuk penumpang kapal.
Mohammad Alif Syahrizan, tak ingin berita prihal musibah meninggalnya wisatawan inisial RF pria usia 43 tahun asal Kota Samarinda tersebut, membuat para wisatawan luar, takut untuk berwisata ke Kota Bontang.
“Ada 60 kepala keluarga yang mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya,” Jelasnya.
Informasi yang diketahui Mohammad Alif Syahrizan, bahwasanya bagaimana kapal nelayan tersebut bisa digunakan korban, lantaran ada sahabat korban yang kebetulan tinggal di Bontang yang mengenal nahkoda atau pemilik kapal, sehingga meminta tolong agar kapal ini bisa digunakan korban.
“Akhirnya nahkoda atau pemilik Kapal tersebut membantu mengantarkan korban dan keluarganya untuk ke Pulau Beras Basah,” Ungkapnya.
“Yang perlu diketahui nahkoda kapal juga sempat ikut melompat membantu menolong korban,” Tambahnya.
Mohammad Alif Syahrizan mengatakan, saat ini pihak keluarga korban dan nahkoda kapal sudah melakukan peroses komunikasi kekeluargaan.
Ia juga menyarankan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bontang untuk tak mengambil keputusan bahwa nahkoda kapal tersebut bersalah.
“Sudah di lakukan komunikasi kekeluargaan antara Nahkoda dengan pihak keluarga korban,” Tutupnya.
Diberitakan sebelumnya, buntut dari musibah meninggalnya wisatawan inisial RF pria usia 43 tahun asal Kota Samarinda, di area perairan pantai Marina, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bontang, Usman menegaskan setiap pegusaha kapal pariwisata, baik itu kelompok, pribadi ataupun nelayan wajib melengkapi pentingnya jaket pelampung (life jacket) untuk keselamatan penumpang kapal.
Informasi BPBD Bontang kronologi kejadian
Pada hari Kamis tanggal 11 April 2024 sekira pukul 12.50 Wita, bertempat di Area Perairan Pelabuhan Tanjung Laut Indah telah didapatkan informasi seorang anak terjatuh dari kapal yang sedang berlayar menuju Beras Basah.
Kapal brangkat dari pelabuhan Tanjung Laut Indah pukul 11.30 Wita, sekitar pukul 11.50 Wita anak korban usia 3 tahun, terjatuh dari kapal yang sedang melaju menuju pulau beras basah tepatnya disekitar pantai marina.
Melihat anaknya terjatuh, ayah korban langsung melompat untuk menyelamatkan anaknya yang terjatuh.
“Anak selamat tetapi bapaknya tidak dapat di selamatkan (meninggal dunia),” Ungkap Usman.
Discussion about this post