Inspirasa.co – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Stasiun Geofisika Balikpapan merilis analisis kegempaan di Kalimantan selama tahun 2022.
1. Jumlah gempa bumi selama tahun 2022, yang tercatat di Jaringan seismograph BMKG (InaTEWS) sebanyak 41 gempa bumi, dengan kekuatan bervariasi antara 2,6 – 5,8 Magnitudo, serta dengan kedalaman bervariasi, tetapi dominan pada kedalaman 10 – 24 KM.
2. Selama Tahun 2022 tercatat sebanyak 9 kali gempa bumi yang dirasakan oleh masyarakat, dengan kekuatan berkisar antara 3,1 – 5,8 Magnitudo dengan intensitas II – IV MMI.
Gempa bumi itu terjadi di Bulungan, Tarakan (Kalimantan Utara), Paser, Bontang serta Biduk-biduk (Kalimantan Timur), Ketapang, Kendawangan, Pontianak (Kalimantan Barat).
3. Berdasarkan sebarannya, terlihat ada 4 (empat) Cluster dari Sesar aktif yaitu Sesar Tarakan, Sesar Mangkalihat, Sesar Meratus, cluster disebelah barat Pangkalanbun serta Sesar Adang yang memanjang dari bagian barat hingga timur Kalimantan, dimana sesar ini merupakan sesar jaman tersier.
4. Adapun Kejadian gempa bumi terbanyak terjadi pada bulan Juni 2022, yaitu sebanyak 10 kali gempabumi.
Terjadinya tsunami relatif kecil
Meski begitu, kata Kepala Stasiun Geofisika Balikpapan, Rasmid, bahwasanya pulau Kalimantan, tingkat aktivitas kegempaannya relatif paling rendah dari pulau lainnya di Indonesia.
Sementara kemungkinan memicu gelombang tsunami akibat gempa bumi, Rasmid memastikan, pulau Kalimantan, khususnya di Kalimantan Timur relatif paling kecil, karena terletak lebih jauh dari batas lempeng.
“Kemungkinan tsunami itu kecil, ada beberapa syarat terjadinya tsunami, misalnya seperti kedalamannya yang dangkal dan pergeseran naik atau turun. Sementara di Kalimantan kan kebanyakan Sesar patahannya terjadi di darat. Jadi kemungkinannya sangat kecil,” ujarnya dihubungi Inspirasa.co.
Adapun menurut Rasmid, wilayah yang berpotensi tsunami itu berada di wilayah tetangga Kalimantan daerah pesisir Sulawesi, dan dampaknya memang berpengaruh pada wilayah pesisir pantai timur Kalimantan, namun relatif kecil.
“Walaupun memang tingginya tidak signifikan, paling sekitar 1 meter. Namun memang yang perlu di perhatikan dampak tsunami mempunyai energi yang cukup besar,” paparnya.
Menyusun strategi mitigasi bencana
Untuk antisipasi terjadinya bencana itu Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Stasiun Geofisika Balikpapan telah menyusun strategi mitigasi bencana.
Misalnya, aktif melakukan sosialisasi dan edukasi di masyarakat seperti di sekolah-sekolah bekerjasama dengan BPBD.
Edukasi yang diberikan terkait, apa itu gempa bumi, tsunami, dan apa yang harus dilakukan, hingga melakukan simulasi bencana.
Selain itu bekerjasama dengan pemerintah daerah membangun rambu-rambu evakuasi di wilayah pesisir pantai Kalimantan Timur, membangun jalur-jalur evakuasi ketempat terbuka yang jauh dari bencana gempa bumi.
“Kami berencana memasang alat peringatan dini warning tsunami disepanjang pesisir pantai Kalimantan Timur. Kami sudah menyiapkan peralatan bernama Warning Receiver System (WRS), dan alat pencatat gempa bumi Seismograph untuk diseminasi informasi gempa bumi dan tsunami,” ungkapnya, Rabu (4/1/2023).
“Peringatan dini itu nantinya mendata berapa ketinggian, hingga mendata jam berapa datangnya. Semua itu dipadukan dengan pemberitahuan sirine, dan semogah terealisasi. Sehingga diharapkan teman-teman BPBD disetiap daerah terkoneksi bisa memberitahukan peringatan dini itu dan masyarakat yang berada di sekitar pantai bisa menjauh dari pantai tersebut,” tambahnya. *(Aris).
Discussion about this post