Samarinda – Masalah stunting masih menjadi perhatian serius di Kalimantan Timur, meskipun prevalensinya menunjukkan tren penurunan. Anggota Komisi IV DPRD Kaltim, Damayanti, menegaskan bahwa penanganan stunting tidak bisa dilakukan secara parsial, melainkan harus menyeluruh—mulai dari intervensi gizi, penguatan layanan kesehatan dasar, hingga peningkatan kesadaran masyarakat.
Menurut Damayanti, peran aktif masyarakat, terutama orang tua, sangat penting dalam mencegah terjadinya stunting pada anak. Ia menekankan pentingnya membawa anak ke posyandu secara rutin sebagai langkah awal pemantauan tumbuh kembang sekaligus deteksi dini gangguan pertumbuhan.
“Kami terus mendorong agar masyarakat lebih sadar akan pentingnya pemeriksaan rutin di posyandu. Ini bukan hanya soal pemberian makanan tambahan, tetapi juga pemantauan kesehatan anak secara berkala agar tumbuh kembangnya optimal,” ujarnya.
Damayanti menambahkan, DPRD Kaltim juga memberikan dukungan melalui kebijakan dan alokasi anggaran, salah satunya dengan memperkuat program kesehatan ibu dan anak yang dinilai menjadi kunci dalam upaya jangka panjang menurunkan angka stunting.
Politisi PKB ini mengakui tantangan terbesar saat ini adalah meningkatkan kesadaran masyarakat dan memperluas akses layanan kesehatan, terutama di daerah-daerah terpencil. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, legislatif, dan masyarakat.
“Kami ingin memastikan bahwa setiap anak di Kaltim mendapatkan haknya untuk tumbuh sehat dan kuat. DPRD Kaltim akan terus mengawal kebijakan yang berpihak pada kesejahteraan masyarakat, termasuk dalam penanganan stunting,” tegasnya.
Dengan kerja sama lintas sektor yang kuat, Kalimantan Timur diharapkan mampu mencapai target penurunan angka stunting menjadi 14 persen pada tahun 2025, sekaligus menciptakan generasi yang lebih sehat, cerdas, dan berkualitas di masa mendatang. (Adv/DPRD Kaltim)
Discussion about this post