Inspirasa.co – Wanita muda dan murah senyum bernama Husnul ini terlihat sangat terampil mencampur beberapa bumbu dapur, yang dijadikan bahan utama sebagai pembuatan gado-gado yang dijualnya.
Kebetulan saat itu, salah seorang pembeli memesan gado-gado dengan cabai rawit yang banyak.
Sembari ia mengerjakan pesanan konsumennya tersebut, media ini menanyakan pemasukan dan pengeluaran yang diperolehnya dampak dari meroketnya harga cabai di pasar saat ini, tembus Rp 100 ribu per kilogram.
Husnul mengakui, tingginya harga cabai rawit, mempengaruhi bisnis gado-gadonya. Meski ia tak membeberkan berapa angka pemasukan yang diperolehnya, namun ia mengakui, jika pengeluaran untuk membeli bahan bumbu dapur pedas itu sedikit lebih banyak dari penghasilan yang didapat.
Selain itu, pemasukan yang diterima dari hasil berjualan, juga harus dibagi dengan pembayaran uang sewa lapak, seharga Rp 500 ribu, perbulan.
“Mahalnya harga cabai rawit sangat memberatkan mas. Mau tidak mau tetap harus dibeli, karena cabai rawit ini bahan utama. Pembeli juga suka pesan yang pedas-pedas,” keluhnya, Rabu (15/6/2022).
“Saya hampir sepuluh tahunan berjualan disini mas. Ya pemasukan yang diterima harus dibagi dengan pembayaran uang sewa tempat ini,” tambahnya.
Untuk diketahui, Husnul menjual gado-gado di Jalan Pattimura, Kelurahan Api-Api, Bontang Utara. Selain menjual gado-gado, Husnul juga menjual rujak buah dan rujak cingur.
Adapun 1 bungkus gado-gado dijual Rp 18 ribu. Sementara rujak buah dan rujak cingur dijual Rp 20 ribu, 1 bungkusnya.
Meski harga cabai rawit meninggi, Husnul tak berminat untuk menaikkan harga gado-gado yang dijualnya. *(Ars)
Discussion about this post