Inspirasa.co – Kementerian Perdagangan (Kemendag) menduga, banyak rumah tangga terindikasi menyetok minyak goreng. Sebab, berdasarkan riset, menyebutkan kebutuhan minyak goreng per orang hanya 0,8-1 liter per bulan.
Kemendag mengklaim, jika dicek di tingkat produsen, padahal produksi minyak goreng yang berjalan saat ini seharusnya mencukupi kebutuhan domestik.
Persoalannya, sampai saat ini Kemendag, belum mengetahui penyebab pasti kelangkaan minyak goreng.
Dijelaskan oleh Inspektur Jenderal Kementerian Perdagangan (Kemendag) Didid Noordiatmoko, hingga saat ini produksi minyak goreng sudah mendekati kebutuhan, sehingga kelangkaan terhadap produk minyak goreng, seharusnya bisa teratasi paling lambat akhir Maret 2022.
Untuk mengatasi persoalan itu, Pemerintah secara bertahap menyelesaikan persoalan produksi hingga distribusi minyak goreng, sehingga minyak goreng dapat diperoleh dengan mudah dengan harga yang terjangkau di masyarakat.
“Akan tetapi, kini muncul persoalan baru berupa panic buying di masyarakat. Dampak dari kenaikan harga dan kelangkaan barang,” kata Didid Noordiatmoko saat kunjungan kerja ke Palembang seperti dikutip dari Antara, Minggu (6/3/2022).
Panic buying juga terjadi sebab masyarakat kesulitan mendapatkan minyak goreng dengan harga yang terjangkau. Sehingga, membuat masyarakat membeli kebutuhan secara lebih, terlebih ketika mendapatkan kesempatan.
Kejanggalan harga minyak goreng
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mencatat bahwa harga minyak goreng di Indonesia tidak berbanding lurus mengikuti harga minyak sawit mentah atau CPO internasional.
Deputi Kajian dan Advokasi KPPU RI Taufik mengungkapkan bahwa harga CPO internasional fluktuatif tergantung dengan pasokan dan permintaan, sementara harga minyak goreng nasional cenderung dalam tren naik dalam jangka waktu yang panjang tanpa ada penurunan.
“Hasil temuan kami terjadi rigiditas pasar minyak goreng terhadap harga CPO. Fluktuasi harga CPO di pasar internasional mengikuti pasokan dan permintaan di pasar internasional, tapi harga minyak goreng di pasar domestik relatif stabil dan cenderung naik jadi sangat berbeda pergerakannya,” jelas Taufik.
Bahkan pada beberapa waktu terjadi penurunan dalam terhadap harga CPO internasional, namun harga minyak goreng di dalam negeri tetap dalam tren naik.
Taufik menjelaskan hal tersebut terjadi lantaran pasar minyak goreng di Indonesia terkonsentrasi atau terjadi oligopoli yaitu hanya segelintir perusahaan yang menguasai pasar sehingga harga ditentukan oleh produsen yang dominan tersebut.
“Berdasarkan data yang kita miliki memang struktur pasarnya terkonsentrasi, istilahnya oligopoli. Jadi ini menjadi concern bagi KPPU sendiri dan ini akan berdampak pada pembentukan harga di pasar,” kata dia.
Terjadinya rigiditas harga minyak goreng terhadap harga CPO yang fluktuatif juga merupakan salah satu ciri oligopoli.
Selain itu Taufik juga mengemukakan adanya akuisisi atau pengambilalihan aset perusahaan kelapa sawit yang dilakukan oleh perusahaan besar terhadap perusahaan sawit kecil.
Pengambilalihan aset tersebut bisa berupa lahan perkebunan ataupun berupa saham. Taufik mengatakan praktik pengambilalihan aset tersebut makin memperkuat pasar oligopoli pada pasar kelapa sawit dan minyak goreng di Indonesia.
Dia mengemukakan volume ekspor CPO tidak mengalami peningkatan yang signifikan dalam satu tahun terakhir yakni hanya naik 0,6 persen.
Namun nilai ekspor meningkat hingga 52 persen dibanding tahun sebelumnya dikarenakan terjadi kenaikan harga CPO internasional.
KPPU juga mencatat dari total 18,42 juta ton CPO yang dikonversi menjadi minyak goreng menjadi 5,7 juta kiloliter untuk kebutuhan dalam negeri, penggunaan paling banyak adalah untuk minyak goreng curah sebesar 2,4 juta kiloliter.
“Catatan kami yang kebutuhan paling besar adalah untuk minyak goreng curah, kelompok rumah tangga, di mana mencapai 2,4 juta kiloliter,” kata dia.
Selanjutnya penggunaan minyak goreng digunakan untuk industri sebesar 1,8 juta kiloliter, penggunaan minyak goreng premium atau yang ada di pasar modern 1,2 juta kiloliter, dan kemasan sederhana sebesar 231.000 kiloliter.
Discussion about this post