Samarinda – Isu keberadaan buzzer yang diduga menyerang konten kreator di Kota Samarinda menarik perhatian Anggota Komisi I DPRD Kota Samarinda, Adnan Faridhan. Dalam wawancara di Gedung DPRD Kota Samarinda, Adnan menyebut fenomena ini unik dan abu-abu.
Adnan Faridhan mengungkapkan bahwa polemik ini melibatkan dua pihak yang saling bertolak belakang. Wali Kota Samarinda membantah adanya buzzer yang didanai pemerintah kota, namun para konten kreator yang menjadi korban mengaku kerap diserang dengan meme dan konten negatif setiap kali mengkritik kebijakan pemerintah.
“Agak unik ya, agak abu-abu jadi dua belah pihak. Kemarin juga ada statement Pak Wali Kota. Beliau bilang itu bukan buzzer Pemkot, gitu ya. Tapi dari pihak yang terkena korbannya bilang bahwa setiap mengkritik pemerintah itu pasti dibikinkan meme macamnya. Termasuk saya juga kemarin kan kena juga tuh,” ungkap Adnan.
Adnan menggambarkan buzzer ini sulit diidentifikasi. “Saya pikir buzzer ini semacam hantu ya. Kita enggak tahu dia wujudnya seperti apa, siapa orangnya, dan dia bisa ada di mana saja,” ujarnya.
Ia mencontohkan pengalamannya sendiri terkait dugaan aktivitas buzzer.
“Karena terakhir yang waktu saya itu ada rapat paripurna yang kebetulan saya enggak hadir, itu dia video dari atas kan. Kalau dari atas kan cuma teman-teman wartawan ya, saya juga enggak tahu wartawan mana, gitu. Tapi bisa jadi orang lain masuk ke dalam mengaku sebagai wartawan kan bisa juga. Intinya ya, buzzer ini saya rasa tidak sehat,” tegasnya.
Menyikapi situasi ini, Adnan Faridhan mendesak Pemerintah Kota Samarinda untuk mengambil sikap resmi, mengingat ada pihak yang merasa dirugikan dan pihak yang tertuduh.
“Jadi kalau memang Pemkot merasa tidak pernah membiayai atau menggerakkan buzzer itu, saya rasa harus ada sikap resmi. Sikap resmi itu seperti ini kan ada pihak yang dirugikan dan ada pihak yang tertuduh yang dirugikan adalah sebagai konten kreator,” kata Adnan.
Adnan juga mendorong pihak-pihak yang merasa dirugikan, baik dari pemerintah maupun masyarakat, untuk melaporkan kejadian tersebut agar dalang di balik aktivitas buzzer ini dapat terungkap.
“Saya rasa pemerintah maupun masyarakat yang merasa dirugikan sebaiknya melapor kalau bisa dibuka siapa orangnya, siapa yang menggerakkan itu. Saya logikanya begini, kalau ada orang yang menggerakkan sesuatu tanpa ada kepentingan itu omong kosong, pasti ada kepentingan,” pungkas Adnan Faridhan.
Pernyataan ini menambah sorotan terhadap isu buzzer di Samarinda dan menuntut tindakan konkret dari pihak terkait untuk menciptakan iklim komunikasi yang sehat dan bertanggung jawab.
(ADV/DPRDSmd/Huda)
Discussion about this post