Inspirasa.co – Anggota Komisi III DPRD Bontang Faisal meminta pemerintah segera mencari alternatif sumber air baku, untuk mencegah krisis air bersih. Hal ini perlu segera diupayakan lantaran diperkirakan stok cadang air di Bontang akan habis di tahun 2025.
Anggota komisi III DPRD Bontang Faisal mengatakan, ada 3 opsi lokasi yang rencananya bakal menjadi alternatif sumber air bersih di kota taman. Diantaranya, Eksvoid Tambang PT Indominco Mandiri yang terletak di Kutim, Waduk Marangkayu dan Waduk Kanaan.
Namun menurut Faisal, opsi yang paling layak digunakan adalah Waduk Marangkayu dinilai aman dibandingkan Eksvoid bekas tambang yang banyak menuai pro kontra dari masyarakat, yang mempertanyakan soal kelayakan air baku itu jika dikonsumsi.
“Saya rasa waduk Marangkayu lebih aman. Jadi lebih baik diupayakan pemanfaatan waduk di Marangkayu itu, karena kalau void itu masih banyak pro kontra soal kelayakan air itu kalau di konsumsi,” ujarnya usai rapat bersama Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Air Minum tirta Taman Kota Bontang, Senin (27/6/2022).
Ia pun meminta pihak PDAM Tirta Taman segera menyelesaikan perizinan dan pembebasan lahan waduk di wilayah Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).
“Kita melirik ke Waduk Marangkayu ini karena kita liat ini cukup strategis,” timpalnya.
Selain itu, Politikus Partai Nasdem ini juga membeberkan, bahwa masyarakat sekitar telah menyetujui dilakukan pembebasan lahan, hanya menunggu persetujuan Gubernur Kalimantan Timur.
“Kami sudah kunjungan dan berkomunikasi dengan pihak terkait, infonya hanya tinggal tanda tangan Gubernur Kaltim, cuma setelah kami komunikasi dengan Bapenda Kaltim, seperti susah lagi. Dari pertemuan ini kami ingin tahu duduk persoalannya dan progresnya dari PDAM langsung,” bebernya.
Menanggapi hal itu, Direktur Perumda Tirta Taman Kota Bontang, Suramin mengungkapkan terkait pemanfaatan void atau lubang bekas tambang PT Indominco Mandiri dinilai lebih efektif dan efisien dibanding penggunaan waduk Marangkayu sebagai sumber air baku, karena jaraknya terlalu jauh sekitar 70 kilo meter. Sehingga membutuhkan waktu cukup lama bahkan biaya yang sangat besar.
“Belum lagi berapa harga jual air yang harus dikenakan ke konsumen jika biaya operasional cukup besar. Sementara soal perizinan dan regulasi bukan wewenang kami,” terangnya.
Sementara untuk uji kelayakan air di Bekasi tambang tersebut, Suramin menyebutkan telah melakukan kajian (uji lab) kandungan air void di bekas tambang itu. Baik dari pihak PT IMM, maupun dari akademisi.
“Sudah kami kaji di Universitas Mulawarman (Unmul) maupun di Politeknik Negeri Samarinda (Polnes). Semua aman dan dinyatakan layak. Dilihat juga sudah berapa lama void itu, kalau yang mau digunakan itu sudah diatas 10 tahun,” timpalnya.
Sehingga, soal pemanfaatan waduk Marangkayu menurut Suramin perlu dipikirkan secara bersama, kondisi lahan, jarak dan nilai investasi yang mahal. Selain itu, waduk marangkayu juga masuk dalam program strategis nasional.
“Karena investasinya mahal, jualan airnya ini bagaimana, berapa yang mau dijual. Sebenarnya kalau disuruh milih, lebih baik pemanfaatan void, atau waduk Kanaan, tidak usah menetapkan kapasitas dulu, nggak apa-apa,” tandasnya.
Penulis : Yayuk
Editor : Ars
Discussion about this post