Inspirasa.co – Wacana sistem proporsional tertutup pada Pemilu 2024 mendatang, menuai tanggapan dari beragam kalangan politisi.
Mantan Wali Kota Bontang dua priode, Andi Sofyan Hasdam turut menanggapi soal wacana sistem proporsional tertutup, pada Pemilu 2024 mendatang itu.
Andi Sofyan Hasdam mengurai kelebihan dan kekurangan dari sistem pemilu tertutup tersebut.
Dikatakan Andi Sofyan Hasdam, masyarakat harus cermat dan paham soal sistem proporsional tertutup ini agar tidak salah kaprah.
Jika ada yang pernah mengikuti di masa pemerintahan Soeharto (orde baru), dimana pemilu pada masa pemerintahannya, telah melakukan sistem pemilu tertutup.
Di masa orde baru itu, orang hanya memilih partai, apalagi pada saat itu, hanya ada tiga partai politik diantaranya, partai Golkar, PPP dan PDI. Jadi di masa itu melakukan sistem pemilu pilih coblos partai.
“Jadi orang-orang hanya memilih coblos partai, siapa yang duduk itu ditentukan oleh partai, tentu berdasarkan nomor urut. Jadi walaupun kita punya caleg yang kita suka misalnya di nomor urut 7, itu tidak akan mungkin bisa duduk, selama nomor urut 1 hingga 3 itu belum terlewati,” jelasnya.
Sementara keuntungan dari sistem tertutup itu, menurutnya dapat mengurangi ‘money politic’.
“Karena anggota legislatif yang maju ini tidak dapat mempengaruhi orang, karena yang main politik uang ini adalah partainya, bukan calegnya,” tambahnya.
Jika sistem pemilu proporsional tertutup diterapkan, sama saja dengan mengambil hak rakyat untuk memilih langsung wakil rakyatnya. Andi Sofyan Hasdam, mengibaratkan dengan istilah membeli kucing dalam karung.
“Artinya kita memilih, tapi kita tidak tahu siapa sebenarnya yang kita pilih dan akan duduk,” jelasnya.
Sementara jika menerapkan sistem terbuka, kata Andi Sofyan Hasdam, seperti pemilu yang telah dilalui pada pemilu sebelumnya. Dimana yang dipilih masyarakat adalah calonnya.
Sementara sistem terbuka juga memiliki konsekuensi perilaku politik uang. Dimana, para caleg orientasinya adalah meraih suara sebanyak-banyaknya. Bahkan tidak menutup kemungkinan berambisi untuk mengalahkan rekan caleg separtai hingga caleg dari partai lain.
“Jika kita sempat membaca tanggapan dari Muhammadiyah, itu bukan berarti dia mendukung sistem tertutup atau terbuka, tetapi Muhammadiyah itu ingin mudarat ‘money Poltic’ itu berkurang,” ungkapnya.
Labih jauh, Andi Sofyan Hasdam yang saat ini maju menjadi Bacalon DPD RI Kalimantan Timur, meminta masyarakat untuk bijak dalam persoalan terkait sistem tertutup dan terbuka ini.
“Sekedar gambaran, yang memutuskan ini adalah DPR RI bekerjasama MK. Dimana dalam DPR RI itu ada 9 fraksi, yang setuju melakukan sistem terbuka ada 8 fraksi, sementara yang setuju sistem tertutup itu hanya dari fraksi PDI P. Oleh karena itu kita tunggu saja keputusannya,” jelasnya.
“Namun jika saya ditanya pilih sistem yang mana, maka saya lebih memilih sistem proporsional terbuka, karena saya memilih sistem yang demokrasi. Jadi jangan kita mundurkan demokrasi ini lagi,” tutupnya. *(Aris).
Discussion about this post