Samarinda – Anggota Komisi III DPRD Kota Samarinda, Andriansyah, memberikan pandangannya terkait isu pengelolaan sampah di kota ini. Meski sempat muncul kabar Samarinda masuk daftar kota dengan pengelolaan sampah terburuk, Andriansyah mengajak untuk melihat persoalan ini secara lebih komprehensif.
“Bukan, bukan Samarinda, bukan Pak Wali (yang disebut terburuk). Memang ada berita itu, tapi kita harus pahami konteksnya,” tegas Andriansyah dalam wawancara pada 1 Juli 2025.
Ia menjelaskan bahwa pengelolaan sampah di Samarinda saat ini memang masih mengandalkan model dumping atau penimbunan, sebuah fakta yang diakui oleh Wali Kota. Namun, menurut Andriansyah, pemerintah sedang berupaya beralih ke sistem yang lebih modern.
“Kita berharap, lima kota terburuk itu tidak hanya merujuk Samarinda, tapi juga dalam konteks Kalimantan Timur secara keseluruhan. Kita juga perlu tahu kriteria penilaian yang digunakan hingga kita disebut yang terburuk,” jelasnya.
Andriansyah menekankan bahwa Wali Kota tengah gencar memperbaiki sistem pengelolaan sampah. Salah satu rencana ambisius adalah pengadaan insinerator yang akan dibangun di setiap kecamatan. Namun, proses ini tidaklah mudah.
“Semua ini dalam proses persiapan yang tidak gampang. Perlu ada pembebasan lahan dan analisis dampak lingkungan (amdal) yang harus dilakukan,” tambah Andriansyah.
Andriansyah juga menggarisbawahi pentingnya transparansi kepada masyarakat mengenai progres kesiapan pengelolaan sampah di Samarinda.
“Kami akan rapat dengan OPD-OPD untuk menanyakan sejauh mana kesiapannya. Ini penting agar masyarakat tahu langkah-langkah yang diambil,” katanya.
Terkait program “Kutiga” yang fokus pada pengurangan, pemilahan, dan pengolahan sampah, Andriansyah menyebutkan sudah banyak inisiatif yang berjalan. Salah satunya adalah program Kupila (Kurangi,Pilah), yang mendorong warga untuk memilah sampah dari rumah.
“Contoh nyatanya ada di Bank Sampah Silpalostari di Sungai Kunjang, di mana warga rutin menyetor sampah mereka setiap dua minggu,” ungkapnya.
Ia menambahkan, kesadaran warga di perumahan tersebut terhadap pengelolaan sampah sudah cukup tinggi.
“Kita tinggal mematangkan lagi pengolahannya, apakah mereka mau mengolah mandiri atau menjual ke pihak luar,” jelas Andriansyah.
Dengan optimisme, Andriansyah berharap semua warga bisa berpartisipasi dalam program ini. Ia yakin dalam dua atau tiga tahun ke depan, pengelolaan sampah di Samarinda akan menunjukkan peningkatan signifikan.
“Insya Allah, kita bisa menyelesaikan masalah sampah di level RT,” pungkasnya.
(ADV/DPRDSmd/ANH)
Discussion about this post