Samarinda – Museum Kota Samarinda kembali menuai sorotan, khususnya dari Komisi IV DPRD Kota Samarinda. Lembaga legislatif itu menilai, setelah enam tahun beroperasi, museum belum menunjukkan perkembangan signifikan sebagai ruang edukasi maupun destinasi wisata budaya.
Wakil Ketua Komisi IV DPRD Samarinda, Sri Puji Astuti, menegaskan bahwa kondisi bangunan yang dibangun pada 2019 kini sudah jauh dari layak.
“Sejak dibangun pada 2019, sekarang bagian-bagian bangunannya sudah ada yang bolong dan rusak,” ujarnya, Senin (15/9/2025).
Ia menambahkan, letak museum di tepi jalan utama seharusnya menjadi keuntungan. Namun, kenyataannya area sekitar lebih sering dipakai sebagai lahan parkir ketimbang menghadirkan suasana budaya.
“Suasananya lebih terlihat seperti tempat parkir daripada destinasi budaya,” katanya.
Selain infrastruktur, Puji juga menyoroti permasalahan koleksi. Ia menilai isi museum terlalu minim sehingga tidak mampu menarik minat masyarakat.
“Isi museum masih sangat terbatas, sehingga tidak mampu memberikan pengalaman mendalam kepada pengunjung,” tegasnya.
DPRD mendorong agar Pemkot mencari solusi penambahan koleksi, baik melalui donasi masyarakat, kerja sama pinjaman, maupun pembelian artefak yang berkaitan dengan sejarah Samarinda.
“Kita butuh literatur, lukisan, atau artefak yang bisa menjadi tonggak sejarah Samarinda,” usul Puji.
Saat ini, mayoritas pengunjung berasal dari kalangan pelajar. Namun, daya tarik museum belum optimal karena fasilitas interaktif masih minim.
“Anak-anak sekolah datang, tapi cepat bosan. Alat digital yang ada pun terbatas dan belum ramah bagi pengguna,” jelasnya.
Puji menekankan bahwa museum tidak seharusnya hanya menjadi gudang benda, melainkan pusat edukasi yang hidup. Apalagi, jumlah pelajar di Samarinda mencapai 134 ribu orang, yang bisa menjadi potensi besar jika fasilitas diperbaiki.
“Kalau disiapkan sarana yang ramah anak dan lebih menarik, museum bisa menjadi ruang belajar yang berharga bagi generasi muda,” pungkasnya.(ADV)
Discussion about this post