Inspirasa.co – Setelah resmi memperkenalkan nama barunya pada tiga minggu lalu, kini grup musik tradisi Petala Borneo, tampil di pembukaan Festival Adat Erau Kutai Kartanegara Ing Martadipura 2025 yang dihelat di Stadion Rondong Demang Tenggarong, Minggu (21/9/2025).
Achmad Fauzi, pendiri sekaligus penggagas Petala Borneo, menyebut kesempatan tampil di Erau sebagai pengalaman yang tak terlupakan.
“Erau adalah perayaan budaya terbesar di Kutai. Bisa hadir di panggung ini dengan identitas baru tentu jadi kebanggaan sekaligus tantangan bagi kami,” ujarnya.
2 Lagu Menggambarkan Semangat Festival Adat dan Penghormatan
Dalam penampilan perdananya, Petala Borneo menghadirkan dua lagu. Lagu Erau Tenggarong, yang merupakan karya asli mereka, berhasil menggambarkan semangat festival adat melalui lirik dan alunan musik.
Sementara itu, lagu kedua Teluk Bentangis dipilih sebagai bentuk penghormatan kepada mendiang seniman Tenggarong, Ismet Rijal, yang menjadi inspirasi banyak generasi.
Mengeksplorasi Tradisi dan Kearifan lokal
Tampil dengan formasi 14 personel, Petala Borneo memadukan instrumen tradisional seperti gambus, kelentangan, dan gimar dengan alat musik modern.
Ciri khas mereka adalah menyajikan musik bernuansa etnik tanpa terikat pada satu genre tertentu. Semua lagu dibawakan dalam bahasa Kutai, menegaskan komitmen mereka terhadap pelestarian bahasa dan budaya lokal.
“Kami lebih memilih mengeksplorasi bunyi tradisi dan kearifan lokal. Musik Petala adalah ruang ekspresi untuk merangkai identitas, bukan sekadar genre. Biarlah publik yang menafsirkan,” jelas Fauzi.
Kehadiran Petala Borneo di panggung utama Erau 2025 semakin istimewa karena disaksikan langsung oleh Menteri Pariwisata RI, Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Timur, serta Bupati dan Wakil Bupati Kutai Kartanegara bersama jajaran tamu kehormatan.
Bagi Petala, tampil di Erau bukan sekadar penampilan, melainkan langkah awal untuk membawa musik tradisi Kutai lebih dikenal di kancah nasional hingga internasional.
“Kami ingin menunjukkan bahwa musik tradisi bisa berdialog dengan zaman. Anak-anak Kutai juga mampu mengangkat warisan budaya leluhur ke level yang lebih luas,” pungkas Fauzi.
Pewarta & Editor : Fairuzzabady
Discussion about this post