SAMARINDA – Upaya pemerataan pendidikan di Kalimantan Timur kembali diuji oleh keterbatasan geografis dan regulasi. Sekretaris Komisi IV DPRD Kaltim, Darlis Pattalongi, menyoroti bahwa keterbatasan mendirikan unit sekolah baru di kawasan terpencil membuat anak-anak di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) seperti Kutai Barat, Mahakam Ulu, Kutai Kartanegara, dan Kutai Timur terus mengalami ketertinggalan akses pendidikan.
“Namun kami tidak diperkenankan membuka sekolah filial atau seperti sekolah terbuka. Itu tidak boleh,” ujar Darlis yang menekankan adanya hambatan administratif yang menyulitkan pendirian sekolah di daerah dengan jumlah siswa yang minim.
Ia menjelaskan bahwa sekolah filial—yakni kelas jauh yang berada di bawah tanggung jawab sekolah induk—sebenarnya bisa menjadi solusi ideal bagi kawasan dengan kondisi geografis sulit dan populasi siswa tersebar. Namun syarat administratif yang mengharuskan jumlah siswa minimum kerap menjadi penghalang utama.
Sebagai respons, Dinas Pendidikan Kaltim tengah merancang program guru keliling yang akan diterapkan mulai Januari 2026. Skema ini menugaskan guru untuk datang langsung ke desa atau kampung yang tidak memiliki SMA, menggantikan pendekatan konvensional yang menunggu siswa datang ke sekolah.
“Satu-satunya jalan adalah guru yang mendatangi siswa,” tegas Darlis.
Ia menjelaskan bahwa program ini akan dilengkapi dengan insentif dan tunjangan khusus bagi guru yang bersedia ditempatkan di pelosok. Pemerintah Provinsi Kaltim pun
disebut telah mempersiapkan anggaran dan mekanisme pelaksanaannya.
Ketimpangan antara kota dan desa dalam akses pendidikan menjadi perhatian serius, karena berdampak langsung pada kualitas sumber daya manusia daerah.
“Ini bukan sekadar soal memberi bangku sekolah, tapi menjamin hak dasar anak-anak untuk mendapatkan pendidikan berkualitas,” tegas politisi PAN tersebut.
Dengan program ini, ribuan siswa di pedalaman, pesisir, dan wilayah hutan Kalimantan Timur diharapkan dapat merasakan pembelajaran layak tanpa harus berpindah tempat tinggal. Skema guru datang ke siswa menjadi inovasi kebijakan yang menjanjikan, terutama dalam menjawab tantangan geografis dan sosial ekonomi yang selama ini menghambat pembangunan pendidikan di daerah 3T. (Adv/DPRD Kaltim)
Discussion about this post