Inspirasa.co – Sebuah kota kecil yang berada di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, beridirilah ‘Kampung Inggris Pare’ dengan ratusan lembaga kursus disana.
Di kota kecil dan sederhana ini bahkan pernah diteliti oleh antropolog kaliber dunia, Clifford Geerts.
Para pelajar dari berbagai daerah di Indonesia bahkan mancanegara berdatangan. Mereka datang hampir dengan tujuan yang sama, agar bisa memiliki kemampuan berbahasa asing utamanya, Bahasa Inggris.
Berikut ini penuturan Pendiri Kampung Inggris Muhammad Kalend Osen yang menceritakan berdirinya tempat kursus bahasa Inggrisnya itu.
“Jadi yang memberi nama Kampung Inggris itu bukan saya, itu wartawan. Saya hanya bikin kursus biasa saja, kursus bahasa inggris. Tiba-tiba di tulis tahun 1995 di Kompas dengan sebutan Kampung Inggris. Tapi waktu itu belum ada yang perhatikan. Dikira iseng saja,” ujar Muhammad Kalend Osen.
Usai terbit di media massa, pada tahun 2000 an nama Kampung Inggris itupun baru mencuat.
“Saya tidak pernah merasa menjadi tokoh dari berdirinya Kampung Inggris. Kronologisnya begini, ada wartawan yang waktu itu berada di Pare, entah berapa hari. Karena waktu itu bertemu dengan tukang becak yang bisa ngomong Inggris dengan penumpangnya. Kemudian dia datang ke warung, ketemu juga dengan tukang warung yang bisa ngomong Inggris,” paparnya.
Lah, apakah dua orang itu sudah cukup untuk menamai Kampung Inggris. Itu pertanyaannya ko tiba-tiba ditulis.
“Saya kira belum cukup syarat dengan hanya dua orang saja. Itupun sebenarnya yang tukang becak itu bukan tukang becak sungguhan. Itu murid saya yang main becak, minjem becak . Dikira tukang becak sungguhan, yang tukang warung itu memang hobinya Bahasa Inggris, Almarhumah Ibu Sri Utami, orang singgahan sini dulu. Memang senang Bahasa Inggris,” tambahnya.
Kalend Osen mengatakan sebutan Kampung Inggris kembali mencuat usai Jtv pada tahun 2012 memberitakan ikhwal Kampung Inggris ini.
Meski begitu Kalend Osen mengaku mempunyai alasan sendiri dalam menamai Kampung Inggris karena banyaknya kursus yang diterimanya. Adapun saat itu ada sekitar 150 tempat kursus.
Kalen Osen mengatakan bahwasanya, ia bukanlah pendiri Kampung Inggris atau mendirikan kursus inggris BEC.
“Dan saya mau meng-clearkan diri saya bahwa saya tidak pernah terlibat, karena sebenarnya ini kebohongan. Saya tidak mau diikut bohongkan disitu, saya apa adanya,” katanya.
“Saya hanya mengurusi lembaga kursus bukan mendirikan Kampung Inggris. Kemarin disana ada ditulisan bahkan ada gambar saya, ditulis disitu ketua yayasan Kampung Inggris, kapan saya jadi ketua, saya suruh ipar saya copot. Itu kan nanti saya tanggung jawab,” tambahnya.
Kalen Osen rupanya kelahiran Desa Sebulu Kabupaten Kutai Kartanegara, 4 Februari 1945.
Dikatakan Kalen Osen, berbicara masalah kegiatan kursus Bahasa Inggris ini tidak bisa dihindari dari kisah pribadinya. Dimana Kalen Osen merupakan kelahiran asli Kutai, sementara ia merantau ke Jawa pada tahun 1972 dan lama menetap di Gontor.
“Pada tahun 1965, bapak saya meninggal dunia. Pada tahun itu juga alat berat mulai datang di hutan Kalimantan. Saya berpikir belum tua begini sudah habis kayunya. Saya ketakutan. Saya tidak senang dengan alat itu, karena akan menghabiskan hutan secepatnya. Benar khayalan saya itu jadi kenyataan. Sekarang habis di kampung saya, tidak ada kayu berdiri. Lalu nanti saya kerja apa, masyarakat akan kerja apa,” kisahnya.
“Nah saya pikir, ini sudah DRS ko mau masuk Gontor, saya beranikan bertanya. Saya datangi, maaf Jalil teman bilang Anda ini sudah selesai kuliah. Anda kan sudah bertitel DRS. Kenapa masuk Gontor? Dia bilang, saya itu satu yang saya takuti saat pulang kampung. Tahu-tahu Pak Camat minta tolong di kantornya ada orang asing dan saya diminta bicara tapi saya tidak tahu apa-apa. Itu yang paling saya takuti,” tambahnya lagi.
Di Gontor, Kalen Osen menetap selama 4 tahun 9 bulan, lantaran kehabisan biaya, Kalen Osen pun bertekad untuk meninggalkan Gontor.
Kalen Osen meninggalkan Gontor dan menuju ke Pare sebab ia mendengar ada seorang tokoh yang pandai 9 bahasa asing. Disitulah ia berangkat. Kalen Osen ke Pare pada tahun 1976 dan belajar Bahasa Inggris.
Disana ia belajar kepada seorang guru bernama KH Ahmad Yazid. Adapun KH Ahmad Yazid merupakan seorang yang mahir berbicara 9 bahasa asing seperti bahasa Arab, Belanda, Inggris, Perancis, Spanyol, Turki, Ibrani, Jepang dan India.
Saat menetap disana timbulah pemikiran dan tekad Kalen Osen untuk membuat kursus tahun 1977. Tepatnya 15 juni 1977 secara resmi ‘Kampung Inggris Pare’ itupun dibuka pertama kali.
Dengan adanya ‘Kampung Inggris Pare’ itu Kalen Osen mengaku tak mengharapkan apa-apa dari apa yang telah dia lakukan. Dia hanya berharap ridho Yang Maha Kuasa.
Artikel ini dikutip dari sumber: Locita.co dan Merdeka.com
Discussion about this post