Inspirasa.co – Sebanyak 26 WNI dan tujuh warga negara asing yang dievakuasi dari Afghanistan menggunakan pesawat TNI Angkatan Udara telah tiba di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, pada Sabtu (21/08) dini hari WIB.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyebutkan 26 WNI itu terdiri dari 16 staf KBRI Kabul dan 10 WNI non-staf KBRI yang tiba di Indonesia.
Adapun tujuh warga negara asing yang turut dibantu pemerintah Indonesia untuk keluar dari Afghanistan, terdiri dari lima warga negara Filipina dan dua warga negara Afghanistan (suami dari WNI dan staf lokal KBRI).
“Dengan mengucap rasa syukur yang luar biasa. Alhamdulillah pada dini hari ini WNI kita dari Afghanistan telah berhasil kita evakuasi dan baru saja tiba dengan selamat di Jakarta,” papar Retno dalam konferensi pers menyusul kedatangan tim evakuasi Indonesia di Bandara Halim Perdana Kusumah, Jakarta, Sabtu (21/08).
“Semua evacuee dan seluruh anggota tim evakuasi akan langsung menjalani protokol kesehatan sesuai aturan ketibaan dari luar negeri,” tambahnya seperti yang dilansir di BBC Nesw Indonesia.
Soal lima warga Filipina yang turut dievakuasi, Retno mengaku pemerintah Filipina meminta bantuan agar kelima orang tersebut ikut diangkut dalam misi evakuasi Indonesia.
“Bantuan membawa WNA dalam misi evakuasi bukan pertama dilakukan. Ini merupakan kewajiban kemanusian yang harus dilakukan,” kata Retno.
Retno juga mengungkap bahwa operasional KBRI Kabul akan dijalankan dari Islamabad, Pakistan.
“Semula kita merencanakan untuk tetap melakukan misi KBRI Kabul dengan tim kecil atau tim esensial yang terbatas.”
“Namun demikian di saat-saat terakhir proses evakuasi terjadi perkembangan baru, dan untuk sementara operasi KBRI Kabul dilakukan dari Islamabad.
“Satu Kuasa Usaha Sementara, dan tiga home staff akan menjalankan misi Kabul dari Islamabad. Tim kecil ini akan terus melakukan asesmen situasi Afghanistan setiap hari dan menentukan langkah selanjutnya,” tuturnya.
Retno tidak secara gamblang menjelaskan posisi Indonesia terhadap pemerintahan baru Afghanistan yang akan dibentuk Taliban.
Hanya saja, Retno menekankan bahwa Indonesia mengharapkan proses politik di Afghanistan dipimpin oleh rakyat Afghanistan sendiri.
“Indonesia terus berharap proses politik yang inklusif, yang Afghan-led, Afghan-owned, masih memiliki peluang untuk dilakukan demi kebaikan rakyat Afghanistan,” kata Retno.
Adapun soal nasib perempuan di Afghanistan, Retno menyampaikan bahwa Indonesia terus berharap agar kaum perempuan Afghanistan dihormati hak-haknya.
“Dan Indonesia terus berkomitmen untuk membantu menciptakan perdamaian di Afghanistan terutama melalui kerja sama pemberdayaan perempuan,” pungkasnya.
Kesaksian seorang WNI yang tak ingin namanya disebut demi alasan keamanan menggambarkan suasana di Ibukota Afghanistan, Kabul pada Minggu (15/08) sebagai sebuah situasi ‘belingsatan’.
Manusia berhamburan di jalanan, pengendara mobil sudah tak lagi mengikuti aturan.
Ia ingat betul, maklumat siaga 1 yang dikeluarkan pihak keamanan terbit sebelum jam makan siang, sekitar pukul 10 pagi. Dalam beberapa menit, Kota Kabul penuh kendaraan hingga tak bisa bergerak.
“Kami mau langsung balik [pulang] itu, di jalan-jalan sudah belingsatan semuanya, mobil sudah ngebut sekencang-kencangnya nggak ngikutinarus jalan,” cerita dia kepada wartawan BBC Indonesia, Jerome Wirawan, melalui sambungan telepon.
“Orang di jalan dengan berbagai macam buntelan yang mereka bawa,” sambung dia.
Sebelum hari penguasaan oleh Taliban tersebut tiba, ia menuturkan kekacauan terendus beberapa hari sebelumnya.
Antrean warga mengular di sejumlah mesin ATM, juga di bank-bank. Warga beramai-ramai menarik uang dari rekening masing-masing.
“Beberapa tempat penjualan bahan pokok atau sembako banyak yang tutup, harga juga naik,” kata dia menceritakan kondisi di Kabul.
“Saya 15 [Agustus] pagi masih berangkat bekerja dan melihat situasi di jalan yang luar biasa dari apa-apa yang saya pernah lihat di tahun-tahun sebelumnya, atau selama Juli,” ungkap dia lagi.
Discussion about this post