Inspirasa.co – Statistik atau catatan perkara perceraian hingga akhir tahun 2022, terprediksi oleh Pengadilan Agama Bontang bakal meningkat.
Dikatakan Humas Pengadilan Agama Bontang, Ahmad Farih Shofi Muhtar, bahwasanya setiap tahun di Kota Taman ini mencatatkan statistik angka perceraian yang tidak sedikit.
Banyak pasangan memutuskan mengakhiri pernikahan mereka. Pemicu utama perceraian adalah pertengkaran serta ekonomi.
Pengadilan Agama Bontang mencatat sepanjang Januari hingga Mei 2022 ini, jumlah pemohon perceraian mencapai 269 perkara.
Angkanya terbagi pada cerai talak yang diajukan pihak laki-laki sebanyak 71 kasus, dan cerai gugat yang diajukan pihak perempuan sebanyak 198 kasus.
“Jika di persentase, cerai gugat bisa mencapai angka 60 sampai 70 persen. Sementara 30 persen merupakan cerai talak. Maka mayoritas yang mengajukan perceraian adalah pihak perempuan atau istri,” sebutnya.
Seluruh perkara perceraian itu, didominasi kalangan di usia produktif yang rata-rata usia mereka dibawah 35 tahun.
Ahmad Farih Shofi Muhtar mengaku pada tahun 2021 lalu, akibat faktor pandemi Covid-19 yang terbilang masif, membuat pihaknya membatasi penerimaan perkara. Meski ia tak menyebut berapa angka pasti penerimaan perkara yang ditangani pada tahun 2021.
Sementara di tahun 2022 ini, karena Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Covid-19 sudah longgar, dirinya memprediksi jumlah perkara yang akan ditangangi bisa meningkat.
“Untuk tahun ini kita membuka penerimaan perkara seluas-luasnya, dan kemungkinan perkiraan kami sampai akhir tahun 2022 ini perkara yang akan ditangani bisa menyentuh di angka 700 perkara,” pungkasnya.
Meski begitu Pengadilan Agama Bontang, terus berupaya melakukan mediasi, dan sejauh ini di tahun 2022, sudah ada 3 kasus yang berhasil dimediasi hingga mencabut gugatan cerai. (Ars).
Discussion about this post